Klik tulisan dibawah
RAT
DESINFEKTAN DAN ANTISEPTIK
Tugas
(
DISENFEKTAN
DAN ANTISEPTIK )
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kepada ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Disenfektan dan
Antiseptik”
ini, dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi Farmasi. Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mendapat tantangan dan teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap setelah menyusun makalah ini
pengetahuan serta pemahaman baik penulis maupun pembaca akan lebih
berkembang. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk membangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan memenuhi harapan pembaca.
Makassar 26 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPULi
KATA
PENGANTARii
DAFTAR
ISIiii
BAB
I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang……………………………………………………………..
I.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….
I.3. Tujuan Penulisan ……….………………………………………………….
BAB
II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Disenfektan
dan Antiseptik
II.2 Ciri – Ciri Disenfektan dan
Antiseptik
II.3 Aspek Desinfeksi
II.4 Jenis –
Jenis Disenfeksi dan Antiseptik……………………………………………...
II.5 Mekanisme
Kerja Disenfekstan …………………………………………….............
II.6 Penggunaan
Disenfekstan dan Antiseptik……………………………………………
BAB
IV PENUTUP
IV.1Kesimpulan…..…..…………………………………………………………
IV.2
Saran……………..…………………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada
dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik
karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus
memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.
Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara
dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam
proses sterilisasi.
Bahan kimia
tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan
efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam
proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara
kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara
kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
Banyak
bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan
kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang
mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu
senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol
dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan
pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Telah
dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan
glutaraldehid) danhalogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme
Staphylococcus aureusdan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin
dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan
halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol .
B. Rumusan Masalah
Dalam
pembahasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ada pada latar
belakang yang akan di bahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.
Pengertian Desinfektan dan Antiseptic?
2.
Ciri- cirri Desifektan dan Antiseptik?
2. Aspek-aspek desiinfektan?
3.
Macam-macam antiseptic dan desinfektan?
C. Tujuan
Dalam
makalah ini bertujuan agar lebih mengetahui pengertian daridesinfektan dan
antiseptic, dan mengetahui macam-macam dari desinfektan dan antiseptic.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Disenfektan dan Antiseptik
Desinfektan adalah bahan
kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad
renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi adalah membunuh
mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini
dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak
mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme
patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme
tersebut.
10 kriteria suatu
desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
1.
Bekerja dengan cepat
untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2.
Aktivitasnya tidak
dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan Kelembaban
3.
Tidak toksik pada
hewan dan manusia
4.
Tidak bersifat korosif
5.
Tidak berwarna dan
meninggalkan noda
6.
Tidak berbau/ baunya
disenangi
7.
Bersifat
biodegradable/ mudah diurai
8.
Larutan stabil
9.
Mudah digunakan dan
ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas
Antiseptik berasal dari bahasa
Yunani yang secara singkat berarti kuman. Senyawa itu digunakan pada jaringan
hidup atau kulit untuk mengurangi kemungkinan infeksi atau berkembangnya kuman.
Harus dibedakan antara antiseptik dengan antibiotik yang berperan untuk
membunuh kuman di dalam tubuh dan desinfektan, yaitu senyawa yang membunuh
kuman dari benda mati. Beberapa jenis antibiotik ada yang berperan membunuh
bakteri, ada juga yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda
mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya.
Antiseptik adalah substansi kimia
yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan menghalangi atau merusakkannya. Sedangkan desinfektan,
pada dasarnya sama, namun istilah ini disediakan untuk digunakan pada
benda-benda mati. Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh
mikroba, dan ada pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba
tersebut. Antibakterial adalah antiseptik hanya dapat dipakai melawan bakteri
B.
Ciri – Ciri
Disenfektan dan Antibiotik
·
Desifektan
Ciri-ciri desifektan :
a. Aktivitas antimicrobial.
Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai
macam mikroorganisme.
b. Kelarutan.
Substansi itu harus dapat larut dalam air atau
pelarut-pelarut lain sampai pada taraf
yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
c. Stabilitas.
Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa
lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat
antimikrobialnya
d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup
·
Antibiotik
Ciri-ciri Antiseptik
a.
Menghambat atau membunuh
pathogen
b.
Bersifat bakterisida dan bukan
bersifat bakteriostatik
c.
Tetap aktif dalam plasma,cairan
badan,atau eksudat
d.
Larut dalam air serta stabil
e.
Tidak menggangu keseimbangan
flora normal dari inang sampai flora
usus atau flora kulit
C.
Aspek
Desinfektan
Kecepatan atau keampuhan desi infektan tergantung dari beberapa factor
yaitu:
a. Keadaan mikroorganisme
b. Desiinfektan.
c. Waktu kontak.
d. Factor lingkungan.
a. Keadaan
Mikroorganisme
1. Jenis
Jenis ikro organism, yaitu bakteri virus, atau parasit,
mempunyai kepekaan tertentu terhadap desi infektan yang berlainan misalnya
resistensi cyfte protozoa > enterrovirus > enteric bacteria.
2. Jumlah
Jumlah mikro organism yang terutama yang pathogen, akan
memerkukan dosis desiinfektan yang lebih besar pula.
3. Umur
Umur mikro organism akan mempengaruhi pula efektivitas
desiinfektan
4. Penyebaran
Mikro organism yang menyebar akan mudah ditembus
desiinfektan. Sebaliknya kumpulan bakteri akan lebih sulit di tembus oleh
desiinfektan. Bakteri cenderung membentuk “clam” dengan suspenden solic yang
ada didalam air, sehingga air yang keruh harus dicurigai sebagai air yang
mempunyai bakteri pantogen yang lebih banyak.
b. Waktu kontaminasi
Untuk dapat berfungasi dengan optimal, desiinfektan
harus mempunyai waktu kontan yang cukup denagan air yang diproses. Efektivitas
desiinfektan dapat ditunjukan dengan suhu atau konstanta yang merupakan hasil
kosentari dengan waktu kontan.
c. Factor lingkungan
1. Suhu
Makin tinggi suhu
air, makin tinggi pula efektifita desinfektan.
2. PH
Setiap desinfektan akan berfungsi dengan optimal pada Ph
tertentu,
3. Kualitas air
Air yang mengandung zat organic dan unsure lainnya, akan
mempengaruhi besarnya choline demend, sehingga di perlukan kosentrasi clorine
yang makin tinggi.
4. Pengelolaan air
Proses yang d lakukan sebelum desinfektan, pengendap dan
faksin akan mempengaruhi hasil yang di capai.
D.
Jenis -
Jenis Desinfektan dan Antiseptik
Adapun jenis – jenis desinfektan sebagai berikut :
1. Chlorin
Chlorin banyak di gunakan dalam pengelolaan air bersih
dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebgai oksidant. Chlorine di
gunakan untuk mengunakan rasa dan warna pada pengelolaan air bersih.
Macam-macam chlorine
Ø
Anorganik cholaramine
Ø
Organic cholaramine
Ø
Cholorine di oksida
2. Ozone
Ozone bersifat larut d dalam air dan mudah berkomposisi
pada temperature dan PH tinggi. Karena sifat terakhir ini, maka harus di
siapkan/di buat sesaat sebelum di gunakan.
Ozone merupakan oksidator kuat dan bereaksi dengan cepat
dengan hamper semua zat organic dan anorganik. Meskipun demikian, perkecualian
terjadi bagi ion cholorida karena karena
tidak bereaksi dengan ozone atau ammonia yang hanya sedikit bereaksi dengan
ozone.
Sifat ozone yang bereaksi dengan cepat menyebabkan
persitensinya di dalam air hanya sebentar saja. Dengan demikian desinfektan ini
kurang efekti bila di masudkan untuk menjaga kualtas air yang terkontaminasi di
jaringan distribusi.
Ozone sanagat
tidak stabil di da;am air serta mempunyai waktu paru sebesar 40 menit ada PH
7,6 dan suhu 14,6 oC. pada suhu udara bebas, di perkirakan waktu
luruhnya hanya sekitar 20 menit kemampuan ozone untuk membunuh mikrorganisme.
3. Yodine dan bromine
Sudah sejak lama lodine di gunakan sebagai antiseptic
pada luka yang kita derita. Meskipun pengunaannya sebagai desinfektan
tidak/kurang popular saat ini. sperti hanya cholorine dan bromine, penggunaan
lodine memerlukan memerlikan biaya yang lebih besar. Aktivitas lodine dan dalam
membinaskan bakteri dan cyste sangat tergantu pada PH. Akan membinasakan virus
dan lodine lebih efektif daripada chloride danbromine.
Bromine merupakan bakteri dan virusida yang efektif.
Pada kehadiran ammonia di dalam air, bromine masih lebih efektif bila di
bandingkan dengan chlorine. Sebagi cystesida, asam hypobromous masih tetap
aktif pada PH > 9.
1.
Garam Logam Berat
Garam
dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil
saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali
ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah
merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal
harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida
(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai
merkurokrom, metafen atau mertiolat.
2.
Zat Perwarna
Zat
perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya
kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa
khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat
pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau
mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar,
violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah
hijau malakhit dan hijau cemerlang.
3.
Klor dan senyawa klor
Klor
banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur
atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci
alat-alat makan dan minum.
4.
Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan
fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun
dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan
yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan
bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
5.
Kresol
Destilasi
destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa
senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan
kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini
menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu
digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol
(kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi
yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6.
Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling
biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol
biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).
7.
Formaldehida
Formaldehida
adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat
efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan
cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
8.
Etilen Oksida
Jika
digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh
bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat
senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus
ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup
rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk
mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini
hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar
udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9.
Hidogen Peroksida
Agen
ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi.
Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka,
terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10.
Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang
sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang
tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri
vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan
cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga
setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.
11.
Senyawa Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar
senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada
atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida,
tergantung pada konsentrasi yang
digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap
organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.
12.
Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen
akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting
karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun
dan dibuang melalui proses pencucian.
13.
Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan
persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama
bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.
14.
Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan
oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai
daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
15.
Daya kerja Antibiotik
a. Aktivitas antimicrobial. Kemampuan subtansi untuk
mematikan berbagai macam mikroorganisme.
b. Kelarutan. Substansi
itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai pada taraf
yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
c. Stabilitas.
Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama harus
seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobialnya
d. Tidak bersifat racun bagi makhluk
hidup
Jenis-jenis
antiseptik
Ada
banyak sekali agen kimia yang dapat digunakan sebagai antiseptik. Beberapa
antiseptik yang umum digunakan adalah etakridin laktat (rivanol), alkohol,
yodium, dan hidrogen peroksida. Sebagian besar produk antiseptik di
pasar mengandung satu atau lebih campuran zat tersebut.
1. Etakridin laktat (rivanol)
Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning
oranye yang berbau menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam
larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagang rivanol. Tindakan
bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam
nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri
gram positif daripada gram negatif. Meskipun fungsi antiseptiknya
tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi
jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul, atau
borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam
larutan rivanol dapat membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor
yang berpotensi infeksi lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang
lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan.
2. Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman
dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri,
jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya
dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit
sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol
kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa
terbakar.
Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik
adalah etanol (60-90%), propanol (60-70%) danisopropanol (70-80%)
atau campuran dari ketiganya. Metil
alkohol (metanol) tidak BOLEH digunakansebagai antiseptik
karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah
penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri.
3. Yodium
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan
beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit sebelum
dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk
mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine
povidone (iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung
sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan
luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine
povidoneadalah betadine.
Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas
aktivitas antimikrobanya. Yodium menewaskan semua patogen utama berikut
spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain.
Beberapa orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam
kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal.
4. Hidrogen peroksida
Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan
luka dan borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama
luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif
memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun,
oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan menambah
waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek sampingnya, hidrogen peroksida
sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya
terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai obat kumur, pastikan Anda
mengeluarkannya kembali setelah berkumur.
Untukuk mengatasi
infeksi Jangan menelannya.
Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga
antiseptik berbasis merkuri yang dikenal dengan namamerkurokrom atau obat
merah. Obat merah kini tidak dianjurkan, bahkan dilarang di banyak negara
maju, karena kandungan merkurinya dapat berbahaya bagi tubuh.
Beberapa zat alami seperti madu, lidah
buaya dan bawang
putih juga bisa digunakan sebagai antiseptic
Beberapa tips untuk
Anda







E.
Mekanisme
Kerja Desinfektan
Cara kerja
desinfektan berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan pada
dinding sel
Struktur dinding sel
dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah
selesai dibentuk.
2. Perubahan
permeabilitas sel
Membran sitoplasma
mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran
keluar-masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
3. Perubahan molekul
protein dan asam nukleat
Hidupnya suatu sel
bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan
alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi mengubah keadaan ini, yaitu
mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa
diperbaiki kembali.
4. Penghambatan kerja
enzim
Setiap enzim dari
beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran
potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat
kimia
diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat
mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
5. Penghambatan sintetis
asam nukleat dan protein
DNA, RNA, dan protein
memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini
berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi
zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.
F.
Penggunaan Desinfektan
dan Antiseptik
Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit
dan klinik. Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang
berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga
membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu
diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat.
a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Golongan pertama
a) Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV
dan Hepatitis B.
1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).
2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
3. Fenol-fenol (Dettol).
. Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :
1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
2. Membersihkan peralatan yang terkena
cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah.
3. Klorheksidine dan cetrimide dapat
digunakan sebagai desinfekan kulit
4. fenol-fenol
dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari
namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai. 2. Golongan kedua
b) Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan
Hepatitis B.
a). Desinfektan
yang melepaskan klorin.
Contoh : Natrium
hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin
T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk
pemutih).
b). Desinfektan
yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)
1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus
termetilasi, etanol.
2. Aldehid : formaldehid (formalin),
glutaraldehid (cidex).
3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.
Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan
mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan
untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan.
Penerapan antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti
pembersihan dan penutupan luka dengan pembalut agar tetap bersih dan terjaga.
Selain itu,
antiseptik juga dapat digunakan untuk:
ü Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau menyempurnakan
membasuh tangan dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan
disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan
medis.
ü Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi
tindakan untuk mengurangi flora kulit.
ü Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat
ditanamkan ke dalam uretra, kandung kemih atau vagina untuk
mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum kateterisasi.
ü Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik
dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan
tenggorokan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desinfektan didefinisikan
sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga
untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan
lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses
desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan
jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi
tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan
dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak
merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi,
yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
B.
Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar
dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi karena kami akui masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.