LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
LAPORAN
Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun
Kedondong Hutan (Spondias dulcis Forst) Tahap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
dalam alam yang sewajar-wajarnya bakteri menemui zat-zat kimia yang menyebabkan
dia sampai mati karenanya. Hanya manusia didalam usahanya untuk membebaskan
diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri, akan
tetapi tidak dapat meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang
diperlukannya. Zat-zat yang menghambat pembiakan bakteri dengan tidak
membunuhnya disebut zat antiseptic atau zat bacteria static. Zat yang dapat
membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri antara lain zat disenfektan dan zat
antibiotic.
Zat
anti biotic adalh zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnahkannya. Zat
disenfektan adalah suatu senyawa kimia yang data menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai, dan pisau bedah.
Factor yang mempengaruhi aktifitas antimikrob invitro antara lain adalah Ph
lingkungan, komponen-komponen medium, takaran inokolum lamanya inkubasi dan
aktifitas metabolism organism.
Oleh
karena itu dilakukannya percobaan uji daya hambat mikrobaa untuk membantu
mengidentifikasi daerah rambat suatu zat anti microbial terhadap
mikroorganisme. Dengan adanya zat antimicrobial, pertumbuhan mikroorganisme
yang bersifat pathogen dapat dihambat dan dimatikan sehinga membantu manusia
mengatasi penyakit yang disebakan oleh mikroorganisme.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam percobaan kali ini
adalah bagaimana daya hambat ekstrak etanol daun kedondong (Spondias dulcis Forst) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
C.
Maksud Praktikum
Adapun
maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami seberapa besar
daya hambat tanaman obat daun kedondong (Spondias
dulcis Forst) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.
D.
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui daya hambat yang dimiliki
oleh ekstrak tanamanan daun kedondong (Spondias
dulcis Forst.) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.
E.
Manfaat Praktikum
Adapun
manfaat dari praktikum ini adalah :
1.
Meningkatkan
keterampilan, pengetahuan dan pengalaman dalam metode ekstraksi dan uji daya
hambat ekstraksi tanaman obat dari daun kedondong (Spondias dulcis Forst) terhadap bakteri Staphylococcu aureus
2.
Memberi
informasi kepada masyarakat tentang manfaat tanaman daun kedondong (Spondias dulcis Forst) sebagai
antibakteri khususnya terhadap bakteri Staphylococcus
aureus
F.
Prinsip Kerja
Adapun
prinsip kerja pada praktikum ini adalah pengujian daya hambat tanaman obat
terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dengan menggunakan metode KLT, difusi dan dilusi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Teori Umum
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan, tetapi juga akan mempengaruhi keadaan
lingkungan. Misal bakteri Termogenesis menimbulkan panas
di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari
medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun
faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas factor-faktor biotik dan
faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk -mahluk
hidup, sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro, 2005).
Yang digolangkan sebagai faktor-faktor
alam ialah temperatur, keabsahan, nilai osmotik dari medium, radiasi oleh
sinar biasa dan radiasi oleh sinar-sinar yang lain, serta pengahancuran secara
mekanik (Dwidjoseputro, 2005).
Pada umumnya metode yang digunakan dalam
uji sensivitivitas bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara
mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang
diketahui dari daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambat pertumbuhan inilah yang menunjukan
sensivitas bakteri terhadap bahan antibaktri (Dwidjoseputro, 2005).
Berdasarkan daya kerjanya, senyawa
antibakteri dibagi menjadi dua sifat, yaitu :
a. Zat yang hanya
bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak membunuhnya.
b. Zat yang dapat
membunuh bakteri (Bacteriosidal) (Dwidjoseputro, 2005).
Kebanyakan antibiotik yang efektif
kerjanya menggangu sintesis, penyusuhan atau fungsi komponen-komponen
makromolekul sel. Seperti penghambtan pembentukan dinding sel oleh pelimiskin,
penghambatan sintesis protein oleh kloramfenikol (Irianto, 2006).
Antibakteri yang efektif bagi banyak
spesies, baik kokus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum
luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu,
disebut antibiotik yang spketrumnya sempit. Penisilis hanya efektif untuk
memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai
spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril
tertentu oleh karena tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas
(Dwidjoseputro, 2005).
Zat yang dapat membunuh bakteri disebut
desinfektan, germisida atau bakterisida. Apakah suatu kimia itu merupakan suatu
antiseptik atau germisida, hal ini kebanyakan kali bergabtung kepada
persenan konsentrasi dan lamanya kena zat tersebut (Dwidjoseputro, 2005).
Pada umumnya bakteri yang muda itu
kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya
konsentrasi, lamanya berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan
factor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan temperatur menambah daya
desinfektan, selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan susu,
plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri
terhadap pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro, 2005).
Diantara banyak faktor yang mempengaruhi
aktivitas antibiotik in vitro, hal-hal tersebut dibawah ini perlu diperhatikan,
karena sangat mempengaruhi hasil-hasil pengujian
a. pH
lingkungan
b. Komponen-komponen
medium
c. Stabilitas
obat
d. Takaran
inakalum
e. Lamanya
inkubasi
f. Aktifitas
metabolisme mikroorganisme (Irianto, 2006).
Daya kerja bakterisidal berbeda dengan
bakteri ostatik. Bakteriostatik berjalan searah yaitu bakteri yang telah mati
tidak dapat berkembangbiak lagi meskipun bahan antibakteri telah dihilangkan
bakteriostatik mempunyai karakteristik bila bahan antibakterinya dihilangkan
maka bakteri tersebut dapat tumbuh lagi (Lay, 1992).
Istilah antibiotik pertama kali
digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama dari suatu golongan substansi yang
berasal dari bahan biologis yang kerjanya antagonistik terhadap mikroorganisme (Irianto, 2006).
Antibiotik ialah zat-zat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat–zat
dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya hambat penghambat kegiatan
mikroorganisme yang lain (Dwidjoseputro, 2005).
Zat-zat seperti H2O2,
Na2BO4, KMnO4 mudah benar melepaskan O2 untuk
menimbulkan oksidasi. Klor didalam air menyebabkan bebasnya O2,
sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan
protoplasma pun dapat menyebabkan oksidasi (Dwidjoseputro,2005).
Zat seperti air raksa, perak, tembaga
dan zat-zat organik seperti fenol, formaldehida, etanol menyebabkan
penggumpalan protein yang merupakan konsitutuen dari protoplasma. Protein yang
telah menggumpal itu protein yang mengalami denatirasi, dan didalam keadaan
yang demikian itu protein tidak berfungsi (Dwidjoseputro, 2005).
Genus Stremtomyces menghasilkan
streptomisin, aureomisin kloramisetin, teramisin, eritromisin, magnamisin yang
masing -masing mempu yai khasiat yang berlainan. Akhir -akhir ini
telah membuat klormisetin secara sintetik obat-obatan ini terkenal sebagai
kloramfenicol (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam hal infeksi oleh mikroorganisme
yang resisten penelitian laboratorium sewaktu-waktu dapat menggunakan kombinasi
antibiotik yang mungkin esensial (Irianto, 2006).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh
dan tetapi hidup merupakan hal yang penting. Suatu pengetahuan dan pengertian
tentang factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia
(Buckle,1987).
Penggunaan antiseptik dan disinfektan.
Hingga sekarang semakinbanyak zat-zat
kimia yang dipakai untuk membunuh atau mengurangi jumlah mikroorganisme dan
penemuan-penemuan bar uterus muncul dipasaran. Oleh karena itu, tidak ada bahan
kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan,
maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada
dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak segala bahan yang didisinfeksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi secara kimia:
a. Rongga yang perlu cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi. Sehingga
seluruh permukaan alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.
b. Lamanya disinfeksi harus tepat alat-alat yang didisinfeksi jangan diangkat
sebelum waktunya.
c. Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak
dengan disinfektan.
Beberapa Disinfektan dan
Antiseptik
1.
Logam-logam Berat
Logam
berat berfungsi sebagai antimikrobe oleh karena dapat mempresipitasikan
enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam berat yang umumnya dipakai
adalah Hg, Ag, Zn, dan Cu.
2. Fenol dan Senyawa-senyawa Sejenis
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya
dipergunakan lister didalam ruang bedah sebagai germisida untuk mencegah
timbulnya infeksi pasca bedah.
3. Alkohol
Alcohol merupakan zat yang paling
efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan disinfeksi. Alcohol
mendenaturasikan protein dengan jalan dehidrasi dan juga merupakan pelarut
lemak.
4. Aldehid
Cara bekerjanya aldehid ialah
dengan cara membunuh sel mikroba dengan mendenaturasikan
protein
5.
Yodium
Larutan yodium baik dalam air maupun
dalam alcohol bersifat sangat antiseptic dan telah lama dipakai sejak lama sebagai
antiseptic kulit sebelum proses pembedahan.
6.
Detergen
Biasa tidak banyak khasiatnya sebagai zat
pembunuh bakteri (bakterisida) tetapi kalu dicampur dengan hesaklorofen daya
bunuhnya menjadi besar sekali.
7.
Antibiotik
Antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat)
kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme dan
zat-zat itu dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya panghambat kegiatan
mikroorganisme yang lain (Hastowo, 1992).
Bakteri dari kata latin bacterium adalah kelompok raksasa dari
organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler
(bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa inti sel,
tulang dan bagian tubuh lain seperti mitokondria
dan kloroplas. Bakteri merupakan
prokariota sebab memiliki sel yang lebih sederhana, berbeda dengan organisme
lain yang memiliki sel yang lebih rumit yang disebut eukariota. Bakteri adalah
yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Bakteri ada dimana-mana,
ditanah, air, bahkan di dalam tubuh mahluk hidup (Dira Gana Mahata, dkk. 2008).
Bakteri
yang Secara Umum Paling Kebal Terhadap Obat-Obatan (Wisnu sasongko, 2008)
Bakteri
|
Penyakit
yang Disebabkannya
|
Stapylococcus aureus
|
Bakterimia (beredarnya bakteri
dalam darah), radang paru-paru, infeksi telinga
|
Streptococcus pneumoniae
|
Meningitis (radang selaput otak),
radang paru-paru, infeksi telinga
|
Haemophilus influenza
|
Meningitis, infeksi telinga,
radang paru-paru, sinusitis (radang sinus), epiglotitis (radang anak tekak)
|
Pseudomonas aeruginosa
|
Bakterimia, radang paru-paru,
infeksi saluran kencing
|
Klebsiella pneumoniae
|
Bakterimia, radang paru-paru,
infeksi saluran kencing, dan infeksi pada luka operasi
|
Mycobacterium tuberculosis
|
Tuberculosis (TBC)
|
Enterococcus
|
Bakterimia, infeksi operasi bedah
dan saluran kencing
|
Nelsseria gonorrhoesae
|
Gonorrhea
|
Plasmodium falciparum
|
Malaria
|
Shigella dysentriae
|
Diare yang serius
|
Escherichia coli
|
Diare yang parah atau berdarah
|
Salmonella
|
Diare yang parah
|
Diantara
dua belas bakteri yang kebal tersebut, bakteri Staphylococcus aureus merupakan raja bakteri kebal yang paling
mencemaskan dunia kesehatan. Tidak ada antibiotik yang dapat berhasil
memberantas bakteri ini yang kebal terhadap Vancomycin
(Wisnu sasongko, 2008)
Staphylococcus
aureus sangat patogen, menyebabkan infeksi berat pada individu yang tadinya
sehat. Bakteri Staphylococcus dapat
menyebabkan radang paru-paru, yang disebut Pneumonia
staphylococcus. Pneumonia jenis ini
cenderung terjadi pada orang yang sangat muda, sangat tua dan orang yang
sudah lemah karena mengalami penyakit
lain. Juga cenderung terjadi pada peminum alkohol. Angka kematian Pneumonia staphylococcus adalah sebesar 15 - 40 %, karena penderita Pneumonia staphylococcus biasanya sudah memiliki penyakit yang serius (Wisnu
sasongko,2008).
Karakteristik Staphylococcus aureus termasuk dalam bakteri gram-positif,
non-motil, berbentuk kokus yang anaerob-fakultatif dan tidak membentuk spora.
Suhu pertumbuhannya berkisar antara 7
-
48
dengan pertumbuhan optimal terjadi pada suhu
37
. Bakteri ini tumbuh pada kisaran pH 4,0
– 9,3. Nilai pH optimalnya 7,0-7,5. Kisaran nilai pH untuk pembentukan
enterotoksin lebih sempit dan toksin yang diproduksi akan lebih sedikit pada pH
dibawah 6,0. Pertumbuhan bakteri ini akan tetap terjadi pada nilai
0,83, tetapi pembentukan toksinnya tidak
terjadi pada nilai dibawah 0,86. S.
aureus merupakan bakteri yang paling resisten dalam kaitannya dengan penurunan
water activity (dr. Andry Hartono, 2006).
Intoksikasi terjadi karena toksin yang
terbentuk dalam makanan. Toksin tersebut relatif stabil terhadap panas dan
dapat bertahan terhadap perebusan perebusan yang melebihi waktu satu jam.
Karena itu, makanan yang sudah dimasak sampai matang masih dapat menyebabkan
sakit kendati sudah tidak mengandung sel-sel hidup S. aureus (dr. Andry Hartono, 2006).
Masa inkubasi Staphylococcus aureus 2-6
jam. Gejala intoksikasi, kadang-kadang dengan awitan mendadak dan intensif.
Gejala mual yang berat, kram perut, muntah dan keadaan umum yang lemah yang
kadang-kadang disertai diare (dr. Andry Hartono, 2006).
Staphylococcus
aureus dan sejenisnya ialah bakteri berbentuk bulat
(coccus) dengan diameter 0,7 – 0,9
(mikron), gram positif, hidup dalam lingkungan
pH 6,8 – 8,2. Biasanya virulensinya ringan, tetapi jika kulit luka, busuk tau
terkena iritsi, bakteri ini dapat menyebabkan pernanahan bahkan tumor. Jika
mencapai aliran darah dapat menyebabkan kerusakan organik (Dr. Retno Iswari,
dkk. 2007).
Tanaman kedondong Bangkok (spondias dulcis
forst., sebelumnya bernama spondias cytherea) merupakan tanaman buah yang
berasal dari famili Anacardiaceae. Tanaman ini berasal dari asia selatan dan
asia tenggara. Tanaman ini juga tersebar keseluruhan daerah tropis. Kedondong
Bangkok merupakan jenis unggul yang biasa ditanam para petani. Selain jenis
ini, jenis kadondong unggul lainnya adalah kedondong kendeng dan kedondong
karimunjawa (prihatman. 2004).
Klasifikasi tanaman
kedondong Bangkok adalah dunia plantae,divisi magnoliphyta, subdivisi
Angiospermae, kelas magnoliopsida, ordo sapindales, family Anacardiaceae, genus
spondias, spesies spondias dulcis Forst (prihatman. 2004).
Morfologi pada tanaman
ini tumbuh dengan cepat, tingginya dapat mencapai 18 m. Tanaman ini tumbuh
dengan batang yang tegak, agak kaku, dan simetris. Daunnya mengkilat, sedikit
oval dengan ujung melancip, panjang tangkai sekitar 20-60 cm dan tiap tangkai terdiri
atas 9-25 helai. Daunnya mudah berganti-ganti (rontok) dimusim kering
(kemarau).dunga putih kecil dihasilkan oleh tandan yang besar dengan bunga
jantan dan betina yang sempurna di setiap tandan. Tangkai buahnya panjang
menguntai pada tandan dengan jumlah selusin atau lebih (Morton, 1987).
Khasiat daun kedondong
untuk pengobatan borok, kulit perih dan luka bakar (prihatman, 2004).
Kandungan pada daun
kedondong mengandung senyawa saponin, flavonoid dan tannin (Prihatman, 2004)
B.
Uraian Bahan
NA (Natrium Agar)
-
Ekstrak beef 3 gram
-
Pepton 3 gram
-
Agar 15 gram
-
Air suling 1000 mL
1.
Air murni
(Dirjen POM, 1995 Halaman 63)
Nama Resmi
|
:
|
PURIFIED WATER
|
Nama Lain
|
:
|
Air murni
|
RM/BM
|
:
|
|
Rumus Struktur
|
:
|
H H
|
Pemerian
|
:
|
Cairan jenih, tidak berwarna, tidak
berbau
|
Kegunaan
|
:
|
Pelarut
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam wadah tertutup rapat
|
2.
Alkohol (Dirjen POM. 1995 Halaman 63)
Nama Resmi
|
:
|
AETHANOLUM
|
Nama Lain
|
:
|
Etanol / etil alkohol
|
RM/BM
|
:
|
|
Rumus Struktur
|
:
|
-
|
Pemerian
|
:
|
Cairan mudah menguap, jernih, tdak
berwarna. Bau menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun
pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78
|
Kelarutan
|
:
|
Bercampur dengan air da praktis
bercampu dengan semua pelarut organic.
|
Kegunaan
|
:
|
Sebagai Antiseptik
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari
api.
|
3.
Ekstrak Beef (Dirjen POM. 2014 Halaman 157)
Nama Resmi
|
:
|
EKSTRAK BEEF
|
Nama Lain
|
:
|
Ekstrak daging sapi
|
Pemerian
|
:
|
Massa berbentuk pasta, berwarna coklat
kekuningan sampai coklat tua, bau dan rasa seperti daging, sedikit asam.
|
Penyimpanan
|
:
|
Simpan dalam wadah tidak tembus cahaya
tertutup rapat
|
4.
Etil Asetat (Dirjen POM. 1979 Halaman 673)
Nama Resmi
|
:
|
ETIL ASETAT P
|
Nama Lain
|
:
|
Etil asetat
|
RM/BM
|
:
|
|
Rumus Struktur
|
:
|
-
|
Pemerian
|
:
|
Cairan, tidak berwarna, bau khas
|
Kelarutan
|
:
|
Larut dalam 15 bagian air, dapat
bercampur dengan air etanol (95%) P dengan eter P
|
Kegunaan
|
:
|
|
5.
Metil alcohol
(Dirjen POM. 1979 Halaman 706)
Nama Resmi
|
:
|
METANOL P
|
Nama Lain
|
:
|
Metil alkohol
|
RM/BM
|
:
|
|
Rumus Struktur
|
:
|
-
|
Pemerian
|
:
|
Cairan, tidak berwarna, jernih, bau
khas
|
Kelarutan
|
:
|
Dapat bercampur dengan air , membentuk
cairan jernih tidak berwarna
|
Kegunaan
|
:
|
|
6.
Pepton (Dirjen POM. 1979 Halaman 721)
Nama Resmi
|
:
|
PEPTON KERING
|
Nama Lain
|
:
|
Pepton
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk kering, kemerahan sampai
coklat, bau khas
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam wadah tertutup rapat
|
Kegunaan
|
:
|
Sebagai sumber nitrogen
|
C.
Uraian Bakteri
Bakteri Staphylococcus aereus
1.
Klasifikasi
Bakteri
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacili
Bacillales : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
2.
Morfologi
Bakteri
Staphylococcus aureus (S.aureus) adalah
bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob
fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak mortar dan umumnya tumbuh
berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekita 0,8 – 1,0
m. S.eureus tumbuh
dengan optimum pada suhu 37
dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S.eureus
merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran
pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S.eureus pada saluran pernafasan atas dan
kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya
berperan sebagai carrier. Infeksi serius akan terjadi ketika teristensi inang
melemah karena adanya perubahan hormon., adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakan steroid atau obat lain yang memegaruhi imunitas sehingga terjadi
pelemahan inang.
D.
Uraian Sampel
1. Kedondong
(Spondias dulcis Forst)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Spondias
Spesies : Spondias
dulcis Forst
b. Nama
Daerah
Kedondong (Sunda), inci (Nusa Tenggara
Timur), Kedondong (Jawa), Kedundung (Madura), Kacemcem (Bali), Inci (Bima),
Karunrung (Makasar), dan Dau kaci (Bugis).
c. Morfologi
Kedondong berakar tunggang dan berwarna
coklat tua. Tumbuhan ini mempunyai batang yang berkayu (lignosus) yang biasanya
keras dan kuat karena sebagian besar terdiri dari kayu yang terdapat pada pohon
dengan bentuk batangnya yang bulat (teres) dan tumbuh tegak, percabangan
batangnya yaitu simpodial dimana batang pokoknya sukar untuk ditemukan karena
dalam perkembangannya kalah cepat dan besar pertumbuhannya dibandingkan dengan
cabangnya, permukaan batang halus dan berwarna putih kehijauan.
Tumbuhan ini termasuk ke dalam tanaman berdaun
majemuk, bagian yang terlebar yang berada di tengah-tengah helaian daunnya
berbentuk jorong (ovalis), pangkal daun runcing (acutus), ujung daun meruncing
(acuminatus), warna daun hijau dengan panjang daunnya 5-8 cm dan lebar 3- 6 cm, dilihat dari arah
tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun daun kedondong ini termasuk
daun yang bertulang menyirip dengan jumlah anak daun yang gasal (imparipinnatus).
Biji kedondong berbentuk bulat dan berserat
kasar, warna biji putih kekuningan. Berbuah buni (bacca) dimana buah ini
mempunyai dinding lapisan luar yang tipis atau kaku seperti kulit dan lapisan
dalam yang tebal, lunak, dan berair serta seringkali dimakan, berbentuk
lonjong, buah sejati tungga yang berdaging, mempunyai diameter kurang lebih 5
cm dan berserat, warna buah hijau kekuningan dengan rata-rata beratnya kurang
lebih 0,7-1 kg/buah, biasanya buahnya tumbuh dalam jumlah yang banyak.
d. Kandungan
kimia
Dalam setiap 100 gram bagian buah
kedondong yang dapat dimakan ini biasanya mengandung 60-85 gram air, 0,5-0,8
gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, dan 0,85- 3,60 gram
serat. Dimana daging buahnya ini merupakan sumber vitamin C dan zat besi
sedangkan buah yang belum matang mengandung pektin sekitar 10%. Daun, kulit
batang dan kulit akarSpondias dulcis ini juga mengandung saponin, flavonoida,
dan tannin.
e. Khasiat
Manfaat buah kedondong ini enak
jika dimakan dalam keadaan segar, tetapi sebagian buah matangnya bisa juga
diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yang direbus dan dikeringkan
dapat disimpan untuk beberapa bulan sedangkan buah mentahnya banyak digunakan
dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar. kayunya yang berwarna coklat
muda dan mudah mengambang ini tidak dapat digunakan sebagai kayu pertukangan,
tetapi kadang-kadang dapat dibuat perahu. Manfaat obat dari buah, daun, dan
kulit batangnya yaitu dapat digunakan untuk pengobatan borok, kulit perih, dan
luka bakar
BAB III
METODE KERJA
A. Alat praktikum
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Bunsen, ose
bulat, ose lurus, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pinset, cawan petrik,
inkubator, dan korek.
B. Bahan praktikum
Adapun bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu alcohol, ampicillin, bakteri staphylococcus aureus, media NA, dan
larutan NaCl.
C. Cara Kerja Menurut Penulis
1.
Cara
kerja difusi
a. Di
siapkan cawan petri berisi media NA padat yang sudah dicampur dengan bakteri
b. Di
tempelkan label yang telah di tulis ekstraksi 2%, ekstraksi 4%, ekstraksi 8%,
dan larutan NaCl dibawah cawan petri disetiap bagian
c. Di
ambil satu paper disk menggunakan pinset, kemudian dicelupkan ke dalam ekstraksi 25%
d. Di
panaskan pinggir cawan petri yang berisi media NA, di letakkan paper disk pada
cawan petrik yang telah diberi kertas label
e. Di
ulangi langkah 3 dan 4 untuk ekstraksi 4%, ekstraksi 8%, dan larutan NaCl.
f. Di
inkubasi pada temperatur 37⁰C selama 24 jam
g. Di
amati dan diukur diameter hambatnya kemudian dihitung.
2.
Cara
kerja Biautografi
a. Di
siapkan cawan petri yang berisi NA
b. Di
ambil lempeng kemudian ditetotol dengan ekstrak
c. Diambil
lempeng menggunakan pinset kemudian dimasukkan kedalam camper
yang berisi methanol dan etil asetat
d. Di
tunggu sampai larutan menyerap pada lempeng sampai garis atas lempeng yang di
sudah diberi tanda
e. Setelah
itu diambil lempeng menggunakan pinset kemudian dimasukkan kedalam cawan petrik
f. Di
inkubasi pada temperatur 37⁰C selama 24 jam
g. Di
amati dan diukur diameter hambatnya kemudian dihitung.
D. Cara Kerja Menurut Praktikum
1.
Cara
Kerja Difusi
a. Di
siapkan cawan petri berisi media NA padat yang sudah dicampur dengan bakteri
b. Di
tempelkan label yang telah di tulis ekstraksi 2%, ekstraksi 4%, ekstraksi 8%,
dan larutan NaCl dibawah cawan petri disetiap bagian
c. Di
ambil satu paper disk menggunakan pinset, kemudian dicelupkan ke dalam ekstraksi 25%
d. Di
panaskan pinggir cawan petri yang berisi media NA, di letakkan paper disk pada
cawan petrik yang telah diberi kertas label
e. Di
ulangi langkah 3 dan 4 untuk ekstraksi 4%, ekstraksi 8%, dan larutan NaCl.
h. Di
inkubasi pada temperatur 37⁰C selama 24 jam
i.
Di amati dan diukur diameter hambatnya
kemudian dihitung.
2.
Cara
Kerja Dilusi
a. Di
siapkan cawan petri berisi media NA padat yang sudah dicampur dengan bakteri
b. Diambil
ekstrak 4 %
c. Dipadatkan lalu digores
d. Diambil
kultur biakan
3.
Cara
kerja Biautografi
a.
Di siapkan cawan petri yang berisi NA
b.
Di ambil lempeng kemudian ditetotol
dengan ekstrak
c.
Diambil lempeng menggunakan pinset
kemudian dimasukkan kedalam camper yang berisi methanol dan etil asetat
d.
Di tunggu sampai larutan menyerap pada
lempeng sampai garis atas lempeng yang di sudah diberi tanda
e.
Setelah itu diambil lempeng menggunakan
pinset kemudian dimasukkan kedalam cawan petrik
f.
Di inkubasi pada temperatur 37⁰C
selama 24 jam
g.
Di amati dan diukur diameter hambatnya
kemudian dihitung.
BAB IV
PENUTUP
A.
Hasil Percobaan
No
|
Nama
Sampel
|
Keterangan
|
1
|
Dilusi
|
Bakteri yang di
goreskan pada media tumbuh berkembanng dengan baik pada media
|
2
|
Difusi
|
2% : tidak
ada mikroorganisme tumbuh
4% : 0,2cm
8% : tidak
ada mikroorganisme tumbuh
Control(-):tidakada mikroorganisme tumbuh
|
3
|
Biotografi
|
Tidak ada noda, tidak bakteri yang
tumbuh pada media
|
IV. Pembahasan
Mikroorganisme
meliputi semua organisme yang tidak dapat di lihat dengan mata telanjang. Yang
termasuk ke dalam kelompok mikroorganisme adalah bakteri
Pada
percobaan ini mengunakan bakteri Staphylococcus aureus (S.aureus) merupakan
bakteri gram positif yang tergolong sebagai bakteri
pathogen. Hal tersebut
karena S. aureus mampu
menghasilkan enterotoksin ketika bakteri
ini tumbuh pada
makanan yang mengandung karbohidrat dan
protein
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa ada 3 metode
yang dilakukan dalam uji hambat tanaman terhadap bakteri diantaraya yaitu
metode difusi adalah uatu metode yang digunakan secara luas dengan menggunakan
cakram kertas saring, kemasan yang menunjukkkan konsentrasi antibiotic
terntentu, metode dilusi adalah seri pengenceran konsentrasi antibiotic untuk
menentukan MIC (Minimal Inhibitoring Concentration) suatu antibiotic dan metode
bioautografi yaitu suatu metode untuk mengetahui sejumlah kecil substansi di
dalam sebuah campuran yang kompleks.
B.
Penutup
Adapun saran dalam praktikum ini adalah
supaya dalam pengerjaan harus lebih steril supaya hasilnya tidak mengecewakan,
supaya lebih teliti dan berhati-hati dalam pengerjaan daya hambat tanaman
terhadap bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Buckel. 1987. Ilmu
Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta
Dwidjoseputo, D.
2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi
dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti : Bandung
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi
Menguak Dunia Mikroorganisme. Wyrama Widya : Bandung
Lay, Bibiana W dan Sugyo
Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali : Jakarta
Pelczar, micheal. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press :
Jakarta
SKEMA KERJA
A. Kultur Murni
Suspensi
B.
Metode Dilusi
C.
Metode Difusi
D.
Metode
Bioutografi
LAMPIRAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar