DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang……………………………………………………………………..
I.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
I.3. Tujuan Penulisan ……….…………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
Diuretic
II.2 Penggolongan
Diuretik
II.3 Mekanisme Kerja Diuretik
II.4 Hubungan Struktur Diretik
II.5 Obat-Obat Diuretik
BAB IV
PENUTUP
IV.1Kesimpulan…..…..…………………………………………………………………
IV.2
Saran……………..………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti
merangsang berkemih atau merangsang pengeluaran urin (Dorland,1996). Dengan
kata lain diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis memiliki dua pengertian, ialah menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut
dan air (Sunaryo,1995).
Obat diuretik dapat pula digunakan untuk mengatasi
hipertensi dan edema. Edema dapat terjadi pada penyakit gagal jantung kongesif,
sindrom nefrotik dan edema premenstruasi.
Menjaga kelancaran pengeluaran air seni atau air
kencing adalah tindakan yang benar dan dianjurkan dalam dunia kesehatan.
Sebagian besar air seni merupakan zat yang tidak berguna atau sampah sehingga
secara otomatis dibuang oleh tubuh. Apabila pengeluaran air seni terhambat maka
akan menimbulkan banyak masalah di dalam tubuh. Sebagai contoh akibat
pengeluaran air seni yang tidak lancar adalah penyakit darah tinggi. Kelancaran
pengeluaran air seni akan mempengaruhi tekanan darah. Sebaliknya tekanan darah
tinggi bisa dipengaruhi atau diobati dengan peningkatan pengeluaran air pada
darah atau urin (diuretik).Salah satu cara menurunkan tekanan darah adalah
menurunkan jumlah air yang ada dalam plasma darah. Dengan berkurangnya air maka
tekanan darah akan menurun
Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan
meningkatnya aliran urine disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat
transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki
urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama
air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic.
Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena Natrium
lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal.
Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan
volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine dan
darah (Halimudin, 2007).
I.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumasan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa
yang dimaksud Diuretic ?
2. Bagaimana
Penggolongan Diuretik ?
3. Bagaimana
Mekanisme Kerja Diuretik ?
4. Bagaimana
Hubungan Struktur Aktivitas Diuretik ?
5. Bagaimana
Penggolongan Obat-Obat Diuretik ?
I.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah yaitu :
1.
Untuk Mengetahui Pengertian Diuretik
2.
Untuk Mengetahui Penggolongan Diuretik
3.
Untuk Mengetahui Mekanisme Kerja Diuretik
4.
Untuk Mengetahui Hubungan Struktur Aktivitas
Diuretik
5.
Untuk Mengetahu Penggolongan Obat-Obat
Diuretik
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Pengertian Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran (kehlangan) zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi
cairan edema yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstrasel menjadi normal.
Pengaruh diuretik terhadap sekresi zat terlarut
penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk
meramalkan akibat penggunaan suatu diuretic. Secara umum diuretic dapat dibagi
menjadi dua golongan besar yaitu : penhambat mechanism transport elektrolit
didalam tubuli ginjal dan diuretic osmotic.
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke
dalam glomeruli (gumpalan kapiler)yang terletak di bagian luar ginjal (cortex).
Dinding glomeruli inilah yang bekerj
sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan
glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air
serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus
seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan kepipa kecil. Di sini
terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat
penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+.
Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi
tubuli.sisanya yang tak berguna seperti ”sampah” perombakan metabolisme-protein
(ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali.
II.2
Penggolongan Diuretik
1. Diuretik
osmotic
Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat
bukan elektrolit yang mudah dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat
dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila memenuhi 4 syarat: (1)
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. (2) tidak atau hanya sedikit
direbasorbsi sel tubulus ginjal. (3) secara farmakologis merupakan zat yang
inert, dan (4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan
metabolic (Katzung, 1998). Dengan sifat-sifat ini, maka
diueretik osmotic dapat diberikan dalam jumlah cukup besar sehingga turut
menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan cairan
tubuli (Aidan, 2008).
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik
osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik
osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik
osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang
tinggi, atau adanya faktor lain(Aidan, 2008).
2. Diuretik
golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan
cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Zat ini merintangi enzim
karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K
diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya
lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara
berselang-seling. Asetozolamidditurunkan r sulfanilamid. Efek diuresisnya
berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+
Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka
tidak ada cukup ion H+ lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi
peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan
sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan
bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan
diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox.
3. Diuretik
golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu
tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama,
terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.
Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya
(diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Obat-obat diuretik
yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid,
hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
Hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari
turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus
distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi
lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk
hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka
panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi
lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik,
Dytenzide (Aidan, 2008).
4. Diuretik
hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli
distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton)
atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
5. Diuretik
kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle
bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport
elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak
singkat (4-6). Banyak digunakan dalam
II.3
Mekanisme Kerja Diuretik
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon
diuretikini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik
yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit,
akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure- tik
yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi
dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor (Siregar, P., W.P., R.
Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).
Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi
natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak.
Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:
1. Tubuli proksimal.
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di
sini direabsorpsi secera aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu
pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka
susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis
bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan
natrium (Sunardi, 2009).
2. Lengkungan Henle.
Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl– yang
telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari
Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika
lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl– begitupula
reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak (Sunardi, 2009).
3. Tubuli distal.
Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif
tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair dan lebih hipotonis.
Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak
eksresi Na+ dan Cl– sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan
dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini
dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+ (Sunardi, 2009).
4. Saluran Pengumpul.
Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di
sini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran
ini (Sunardi, 2009).
II.3
Hubungan Struktur Aktivitas Diuretik
1. Diuretik
Merkuri Organik
Karakteristik
:
1.
Terdiri dari 3 atom C
2.
Satu atom Hg pada salah satu ujung rantai yang mengikat gugus hidrofil X
R
= gugus aromatik, heterosiklik atau alisiklik yang terikat pada rantai propil
melalui gugus karbamoil.
Gugus
R sangat menentukan distribusi dan kecepatan ekskresi diuretik.
R’
= biasanya gugus metil, dapat juga etil, secara umum pengaruhnya kecil
X
= substituen yag bersifat hidrofil, biasanya teofilin yang dapat menurunkan
toksisitas obat, mengurangi efek iritasi setempat, meningkatkan kecepatan
absorpsi, mempunyai efek diuretik ( terjadi potensiasi ).
Bila
X diganti gugus tiol, seperti asam merkaptoasetat atau tiosorbitol, dapat
mengurangi toksisitas terhadap jantung dan efek iritasi setempat.
2. Diuretik
Tiazid
Modifikasi
struktur turunan tiazid yang meningkatkan aktivitas diuretik adalah :
1.
Posisi 1 adalah CO2 atau SO2. Aktivitas SO2 lebih besar
2.
Posisi 2 biasanya gugus metil
3.
Posisi 3 adalah substituen lipofil ( CH2Cl, CH2SCH2CF3 , CH2-C6H6 ,
CH2SCH2-C6H6 )
4.
Reduksi ikatan rangkap C3-C4 meningkatkan aktivitas ± 10 kali
Modifikasi
struktur turunan tiazid yang menurunkan aktivitas diuretik adalah :
1.
Adanya gugus alkil pada posisi 4, 5 atau 8
2.
Mono dan disubtitusi gugus sulfamil pada posisi 7
Adanya
Cl pada posisi 6 sangat penting, maka :
1.
Penghilangan Cl akan menghilangkan aktivitas
2.
Penggantian Cl dengan CF3 akan memperpanjang kerja obat
Gugus
sulfamil pada posisi 1 dapat diganti dengan gugus elektronegatif lain,
membentuk gugus induk baru yang dinamakan diuretik seperti tiazid (
thiazid-like diuretic ) seperti turunan salisilanilid ( xipamid ), turunan
benzhidrazid ( klorpamid dan indapamid ), turunan ptalimidin ( klortalidon )
3. Turunan
asam FENOKSIASETAT
Aktivitas
optimal bila :
a.
Gugus asam oksiasetat terletak pada posisi 1 cincin benzen
b.
Gugus akriloil sulfhidril terletak pada posisi para dari gugus asam oksiasetat
c.
Gugus aktivasi CH3 atau Cl pada posisi 3 atau posisi 2 dan 3
d.
Penambahan 2 sampai 4 atom C pada posisi α dari karbonil pada gugus akriloil
e.
Atom H terletak pada ujung –C=C- dari gugus akriloil.
Aktivitas
meningkat bila :
a.
Adanya gugus etil pada atom C – β aktivitasnya kan maksimal
b.
Adanya gugus Cl pada posisi orto cincin aromatik lebih besar aktivitasnya
daripada posisi meta.
c.
Disubstitusi Cl atau metil pada posisi orto dan meta akan lebih meningkatkan
aktivitas
Aktivitas
menurun bila :
a.
Gugus oksiasetat pada posisi orto atau meta
b.
Reduksi gugus α,β – keton tak jenuh
c.
Substitusi H pada atom Cα dengan gugus alkil
d.
Atom C β mempunyai jumlah atom C lebih dari 2
e.
Adanya gugus pendorong elektron kuat pada cincin aromatik ( gugus amino atau
alkoksi ), aktivitas menurun drastis
4. Turunan
sulfamoil benzoat
Aktivitas
optimal bila :
1.
Posisi 1 : gugus karboksilat yang bersifat asam
2.
Posisi 5 : gugus sulfamoil
3.
Posisi 4 : gugus penarik elektron terutama Cl atau CF3
Akan
terjadi penurunan aktivitas bila diganti dengan gugus fenoksi (C6H5 – O -),
alkoksi, anilino (C6H5 – NH -), benzil, benzoil, atau C6H5 – S -
4.
Pada turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat, gugus 2-amino relatif terbatas,
hanya gugus furfuril, benzil dan tienilmetil
5.
Pada turunan asam 5-sulfamoil-3-aminobenzoat, gugus 3-amino tidak mempengaruhi
aktivitas.
II.4
Penggolongan Obat Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
Inhibitor
karbonik anhidrase (asetazolamid).
Loop
diuretik (furosemid, as etakrinat, torsemid, bumetanid)
Tiazid
(klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon)
Hemat
kalium (amilorid, spironolakton, triamteren)
Osmotik
(manitol, urea).
1. Inhibitor
karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim
yang mengkatalis reaksi CO2 +H2O H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel
korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi
tidak terdapat dalam plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi
produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat
ini b ekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi
bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat
inimeningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah
asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
Contoh obat : Asetazolamid
2. Loop
Diuretik
Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat,
furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan
secara oral maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam
4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat masih tergolong derivat sulfonamid.
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium
pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa
klorida. Obat ini termasuk asam. etakrinat, furosemid da bumetanid, dan
digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema,serta oliguria yang disebabkan
oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama
menggunakan obat ini.
Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat
mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik
kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars
ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun.
3. Tiazid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar
dan daya klouretik maksimal yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling
banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada
bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan
klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu,
kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan
hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus
nefrogenik. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid,
siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon , kuinetazon, dan indapamid.
4. Hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium
menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam
klompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan amilorid.
6.
Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang
paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan
klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis
aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya yang
terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan
ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan
diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida,
yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan
ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja.
Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan
kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosishepatis. Efek diuretiknya tidak
sekuat golongan diuretik kuat.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
makalah ini adalah Diuretik adalah obat
yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua
pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi
dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehlangan) zat-zat terlarut dalam
air. Untuk memobilisasi cairan edema yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal. Diuretik
dibagi menjadi 5 golongan dengan tempat serta cara kerja diuretic yang berbeda.
Dan masing golongan memiliki hubungan struktur aktivitas yang berbeda pula.
III.2 Saran
Adapun saran kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat apabila ada salah kata atau kurang mengerti terhadap makalah kami
memohon maaf. Dan dapat menambah pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Aidan. 2008. Penggolongan Diuretik. Alfabeta. Bandung
Dorland, 1996. Kamus Kedokteran Edisi 26. EGC. Jakarta.
Gan Gunawan,
Sulistia.dkk. 2012. Farmakologi dan
Terapi. Universitas Indonesia. Jakarta
Halimudin. 2007. Terapi Diuretik OSMOTIK. Gaya Media
Pratama. Jakarta.
Sunaryo . 1995. Farmakologi dan Terapi. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar