BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Produk steril adalah
sediaan terasepti dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme
hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau mmebran mukosa
kebagian dalam tubuh. Karena sediaan menggelakkan garis pertahanan pertama dari
tubuh paling efisien, yakni membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus
bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai
tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang
terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi
(Lachman, 1989).
Bentuk sediaan steril
bisa berbagai bentuk yaitu cair, padat, atau semi padat. Proses pembuatannya
sama dengan sediaan non steril. Namun, dalam pembuatan sediaan steril kita
perlu mengetahui proses sterilisasinya yang berkaitan dengan stabilitas bahan
aktif maupun bahan-bahan tambahannya. Dengan demikian, dalam pembuatan sediaan
steril bekal pengetahuan tidak sekedar pengetahuan formulasi sediaan, tetapi
juga pemahaman kimia fisika yang berkaitan dengan stabilitas proses pembuatan,
sehingga menghasilkan sediaan yang dikehendaki (R.Voight. 1994).
Sediaan mata merupakan
produk steril yang seara esensial bebas dari partkel asing, senyawa dan
pengamasannya sesuai pemakaian dalam mata. Sediaan mata sama dengan produk
steril lainnya yaitu steril dar bahan pertikular.
Tets mata adalah
sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunkan untuk mata, dengan
cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola
mata. Tetes mata dimasuan kedalam mata yang luka karena kecelakaan atau
pembedahan yang lebih potensial walaupun lebih berbahaya dibandingkan injeksi
intravena.
Steril merupkan syarat
yang paling penting. Tidak seharusnya dalam pembuatan larutan mata membawa
banyak mikroorganisme. Organisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi mata dari organism ini akan mengakibatkan kebutaan. Ini
khususnya berbahaya terhadap sediaan nonsteril yang dimasukan kedalam mata
ketika kornea terluka.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan
memahami cara pembuatan tetes mata steril.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Membuat sediaan
tetes mata steril deksametason.
I.3 Prinsip Percobaan
Pembuatan
tetes mata steril deksametason dengan menggunakan alat dan abhan yang telah
disterilkan dengan cara yang sesuai dan dilakukan dalam kondisi yang spesifik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori
Umum
II.1.1 Defenisi Tetes Mata
Tetes mata
adalah larutan steril atau larutan berminyak dari alkalid, garam-garam alkaloid, antibiotic atau
bahan-bahan yang ditujukan untuk dimasukkan kedalam mata (Schoville’s,1969)
Tetes mata
adalah obat dalam larutan, suspense, gel, atau yang diberikan secara topical
kepermukaan mata (Andrew, William).
Tetes mata
adalah obat yang diteteskan kedalam mata harus di formulasi dengan tepat dan
disiapkan dengan pemeriaan pertimbangan antara lain ; tonisitas, Ph,
kestabilan, kekentalan dan sterilisasi (Parrot
L.E, 1971).
Tetes mata
adalah larutan besar/berminyak sterile, sediaan suspense atau emulsi ditujukan
secara berangsur-angsur kedalam kantung konjunctiva (Allen, Loyd V.dkk, 2011).
Tetes mata
adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat terlarut, teremulsi, tersuspensi
(R.Voight, 1994 ).
II.1.2 Keuntungan dan Kerugian Tetes Mata
a.
Keuntungan Tetes Mata
Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan dan
menggambarkan larutan suatu mata dengan defenisi semua bahan-bahan lengkap
dalam larutan keseragaman tidak menjadi masalah hanya sedikit pengaruh sifat
fisika dengan tujuan ini (Remington, Joseph P, 2005).
Larutan mata yng viskositasnya bertambah akan tinggi
dalam mata untuk periode waktu yang lebih lama sehingga meningkatkan
bioavabilitas obat (Ansel, Howard C. 2011).
b.
Kerugian Tetes Mata
Kerugian
yang prinsipnya dari larutan mata relative singkat antara obat dan permukaan
yang terabsorbsi serta hanya dapat bekerja pada bagian karena iris dan
konjunctiva (Remington, Joseph P, 2005).
Diberikan pada volume yang kecil maupun kapasitas
mata menahan dan menyimpan terbatas (Ansel, Howard C. 2011).
II.1.3 Anatomi mata dan wilayah kerja Tetes Mata
Berdasarkan
tempat konjunctiva, tetes mata bekerja pada konjunctiva kornea dan iris.
Penggunaan tetes mata akan menghasilkan efekmyang bervariasi dari obat pada
bagian konjunctiva, kornea dan iris (Remington, Joseph P. 2005).
II.1.4 Komposisi Tetes Mata
Bahan obat yang
khas digunakan pada mata (Opthalmologika) adalah farmaka pelebar pupil
(midriatika), seperti atropine, S kopolamin, fenilefrin dan ephinefrin dan
bahan dengan kerj perixampit pupil (miotika) seperti pilokarpin, fisostigmin,
neostigimin, dan paraixo (miotosal). Untuk melaan proses infeksi diguunakan
antibiotic (misalnya klormfenikol, titotisin) disamping garam perak untuk
mengobati rasa nyeri digunakan anestetika local (misalnya kokain, tetrakain).
Akhirnya juga diperlukan bahan antiplogistik (misalnya seng sulfat,
kartikosteroida) (R.Voight.1994).
Adapun komposis
dari tetes mata diantaranya adalah : (Ansel, Howard C. 2011)
a.
Pengawet
b.
Isotonisitas
c.
Konsentrasi
d.
Bahan penghelat
e.
Viskositas dan zat
pengental
II.1.5 Syarat-syarat Tetes Mata
Farmasinya
harus menyiapkan bahan larutan mata yang : (Schoville’s,1969)
1. Steril
2. Dalam pembuatan yang mengandung bahan-bahan germidal
untuk meningkatkan sterilitas
3. Bebas dari partikel yang tersumsi
4. Bahan-bahan yang alami
5. Isotonik atau sangat mendekati isotonic
6. Dibuffer sebagaimana mestinya
7. Dimasukkan kedalam wadah yang kecil dan praktis
Obat yang digunakan kedalam mata harus diformulasi
dan disimpan dengan pertimbangan yang diberikan terhadap tonisitas , Ph, stabilisme,
universal, dan sterilisasi (Parrot L.E, 1971).
Sediaan steril preparat tersebut memerlukan
pertimbangan yang cermat terhadap fakto-faktor farmasi seperti kebutuhan dan
antimikroba, isotonitas, dapar, viskositas, dan pengemasan yang cocok (Ansel, Howard
C. 2011).
II.2 Dasar Formulasi
II.2.1 Formula Asli
Tetes mata
Dexamethazone
II.2.2 Master Formula
Tiap
10 mL mengandung
Deksametason
Benzalonium klorida
Metil selulosa
Na
NaHP
NaCl
Aqua pro injection
|
0,1 %
0,01 %
0,5 %
0,56 %
0,284 %
0,891 %
Ad 10 mL
|
Nama Produk
Jumlah Produksi
Tanggal Produksi
No. Registrasi
No. Batch
|
:
:
:
:
:
|
HelloDexasix
10 @
DKL1616010146AA1
A01001
|
PT. Rsix Farma
|
HelloDexasix tetes mata
|
|||
Tanggal Formulasi :
|
Tanggal Produksi :
|
Di buat oleh : Kelompok VI
|
Disetuju oleh ;
|
|
Kode Bahan
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
Per Dosis (gram)
|
Per Batch (gram)
|
Ds
|
Deksametason
|
Zat
Aktif
|
0,01
|
0,1
|
Bk
|
Benzalkonium
klorida
|
Pengawet
|
0,001
|
0,01
|
Ms
|
Metal
selulosa
|
Viskositas
|
0,05
|
0,5
|
N
|
Na
|
Pendapar
|
0,056
|
0,56
|
Pendapar
|
0,284
|
0,189
|
||
Nc
|
Natrium
klorida
|
Pengisotonis
|
0,089
|
0,891
|
Aq
|
Aqua
pro injection
|
Pembawa
|
9,51
|
7.75
|
II.2.3 Alasan Penambahan Bahan
Dexametason
merupakan golongan kortikosteroid pada penyakit mata, kortikosteroid dapat
mengatasi inflamasi mata bagian luar maupun pada segumen arterior. Obat
dexametason dapat diberikan pada kantung konjunctiva yang akan mencapai kadar
terapi dalam cairan mata sedangkan golongan gangguan [ada bagan mata. Postenor
lebih baik diberikan sistemik. Umumnya dipakai larutan dexametason fosfat 0,1 %
pagi dan siang ( Gunawan, Sulista Gan. 2012).
Dexametason zat
ini menekan adrenal relative kuat mata resiko insupisiensi juga agak besar.
Dexametason sering digunakan sebagai zat diagnostic untuk menentukan hiper
fungsi adrenal (teruspresi dexametason). Secara topical digunakan sebagai tetes
mata/telinga (fosfat 0,1%) juga dikombinasi dengan sefra,isin (sofradex) ( Tjay,
Tan Hoan. 2007 ).
Dexametason
adalah kortikosteroid terutama dengan glukortikal, telah digunakan baik, dalam
bentuk bebas alcohol atau dalam salah satu bentuk esterifikasi dalam pengobatan
kondisi yang terap kortikosteroid diindikasikan kecuali insufisimensi
adronocartikal yang hydrokytison dengan hidrokytisan tambahan kurangnya sifat
mineral oktobitikald membuat dexametason sangat cocok untuk mengobati kondisi
dimata retensi air akan merugikan dosis (Sweetman, Sean C. 2009).
II.2.4 Zat Aktif (Dexamethasone)
a.
Indikasi
Penyakit
mata, termasuk konjunctiva alergika, karotitis, tidak corneal marginal alergik,
herpes zortus opthalmicus, iritis dan indusiklikis, khoriorentinitis, inflamasi
segmen anterior, irritis posterior difusa daan khoroiditos, neuritis optic dan opthalmik simpatetik (Hardjosaputra,
Purwanto.dkk. 2008).
b.
Konsentrasi/Dosis
a.
Parenteral
Dewasa : 0,5 – 9 mh/ hari IM atau IV
sebagai permulaan, diikuti dengan pengurangan dosis secara bertahap sampai
seminimal mungkin, sesuai dengan kemajuan klinis; dosis harus disesuaikan
secara perseoranan atas dasar penyakit yang sedang diobati beratnya penyakit
dan kemajuan klinis; dosis yang lebih keil mungkin mencukupi bagi penyakit yang
lebih ringan, sedangkan dosis yang lebih besaer daripada 9 mg/har mungkin
diperlukan untuk penyakit yang lebih berat (Hardjosaputra, Purwanto.dkk. 2008).
c.
Mekanime Kerja
Kortikosteroid bekerja dengan mepengaruhi kecepatan
sintesi protein. Molekul hormon mmasuki sel melewati membrane plasma secara
difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor
protein yang special dalam sitoplasma sel an membentuk komplek reseptor
steroid. Komplek ni mengalami perubahan konformasi lalu bergerak menuju nucleus
dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan
sintesis protein spesifik induksi sintesis protein yang akan memberikan efek
fisiologik steroid (Gunawan, Sulistia Gan. 2012).
d.
Efek Samping
Mata : katarakta subkapsular, posterior, peningkatan
tekanan intraocular, glaukuma, eksopthalmus (Hardjosaputra, Purwanto.dkk.
2008).
e.
Kontra Indikasi
Adapun kontra indikasi
diantaranya adalah : (Hardjosaputra, Purwanto.dkk. 2008)
-
Sensitivitas
terhadap deksametason atau komponen lainnya
-
Infeksi fungsi
sistemik (keuali dibutuhkan untuk mengotrol reaksi obat yang diakibatkan oleh
amphotericin B).
II.2.5 Zat Tambahan
a.
Pengawet
Benzalkonium klorida adalah senyawa ammonium
kuartener yang digunakan dalam farmasetik sebagai anti mikroba yang dalam
aplikasinya sama dengan surfaktan. Dalam sediaan obat mata benzalkonium klorida
adalah pengawet atau excipient lain terutama 0,1 % 6/u, disodium edotato, untuk
meningkatkan aktivitas melawan pseudomonas (Rowe, Raymond C. dkk. 2009).
Dalam preparat untuk mata campuran benzalkonium
klorida (0,01 %) dan
EDTA dari pseudomonas diengirosa lebih peka
terhadap benzalkonium klorida (Ansel, Howard C. 1982).
Benzalkonium klorida adalah pengawet yang paling efektif dan
bereaksi dengan cepat jika penggunaan terkontrol (Rowe, Raymond C.dkk. 2009).
b.
Viskositas
Polimer hidrofilik yang paling sering digunakan
untuk tujuan metal selulosa, hidroksi propel metal selulosa. Selulosa
hidroksietil dan provinil alcohol,
merata digunakan pada konsentrasi yang menghasilkan viskositas berkisar 5
sampai 1500 CPS (Remington, Joseph P. 2005.
Metil selulosa mungkin ditambahkan dalam berbagai
jenis larutan buffer yang digunakan untuk menghasilkan larutan yang lebih
viskos. Larutan metal selulosa dignakan (1) mengobati kekurangan keluarnya air
mata yang lama (2) menjaga obat untuk berbagai kondis fotelogik dari kornea,
dan (3) sebagai peluncur dalam situasi khusus tertentu (Schoville’s. 1969).
Dalam persiapan tetes optalmik 0,5-1% w/v larutan
pengganti yang tinggi viskositasnya yang tinggi dar metal selulosa telah
digunakan sebagai pembawa tetes mata (Rowe, Raymond C. 2009).
c.
Pengisotonis
NaCl digunakan sebagai zat pengisotonis dan sebagai
sumber ion klorida dan natrium (Dirjen POM, 1979).
NaCl digunakan sebagai bahan pengisotonis karena
mempunyai tekanan osmotic yang sebandng dengan NaCl 0,9% (Ansel, Howard C.
2011).
NaCl digunakan sebagai tahan pengisotonis untuk
mempertahankan keadaan isotonis (Rowe, Raymond C. 2009).
d.
Pendapar
Obat-obat yang tergolong dalam kelomop II meliputi
obat yang memiliki stabilitas terbesar pada pH 2-3 tapi pada saat yang berperan
aksi teraupetikya mnimun pada reagen pH ini. Demikian juga dengan atropine
sulfat yang lebih stabil pada pH antara 2-6. Karena adanya peruraian yang
sangat cepat sehingga pH menjadi lebih alkali, oleh karena itu untuk
menyediakan pembawa yang dapat memberikan stabilitas terbesar juga dengan aksi
psikologisnya, buffer ini untuk obat-obat diatas memiliki pH 6,5 dan istonasi
dengan NaCl 0,9 % (Schoville’s. 1969).
Dapat digunakan dalam suatu larutan mata karena
salah satu dari semua alas an berikut ini (1) untuk mengurangi ketidaknyamanan
si pasien (2) untuk menjamin kestabilan obat dan (3) untuk mengawasi aktivitas
teraupetik bahan obat pembawa fosfat isotonik disesuaikan untuk tonisitas dan memberikan
suatu pH pilihan berkisar antara 5,9 – 8,0 dibuat dengan menggunakan dua
larutan persediaan satu mengandung 8,00 gram mononatrium difusfat (
HP
per liter sedangkan beratnya sebagai anhidrat (Ansel, Howard C. 2011).
Dapar fosfat, kapasitas daparnya tingi dalam daerah alkalis,
tetes mata didapar atas dasar berapa alasan misalnya untuk memperbaiki daya
tahan , untuk mengoptimalisasikan kerja dan untuk mencapai kelarutan yang
memuaskan (R.Voight. 1994).
e.
Pembawa/pelarut
Dalam pengggunaan air digunakan sebagai pembawa
(Dirjen POM, 1979).
Air digunakan sebagai pembawa (Dirjen POM, 1995).
Sejauh ini pembawa yang sering digunakan untuk
produk steril adalah air, karena iar merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh
(Lachman. 1989).
II.2.5 Uraian Bahan
1.
Aqua Pro Injeksi
(Dirjen POM, 1995 Halaman 112)
Nama Resmi
|
:
|
AQUA
STERILE PRO INJECTON
|
Sinonim
|
:
|
Air
steril untuk injeksi
|
RM/BM
|
:
|
-
|
Pemerian
|
:
|
Cairan
jernih, tiak berwarna, tidak berbau
|
Kelarutan
|
:
|
Dapat
bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit
|
Kestabilan
|
:
|
Air
stabil dalam setiap keadaan (es, cairan, uap panas)
|
Ph
|
:
|
8,5
– 9,5
|
Incompabilitas
|
:
|
Dalam
sediaan farmasi, obat dan zat tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis
(mudah terurai dengan adanya air atau kelembaban)
|
Sterilisasi
|
:
|
Autoklaf
|
Khasiat
|
:
|
Zat
pembawa sediaan
|
2.
Benzalkonium
Klorida (Excipient, Halaman 59, RPS
, Halaman 1626,
MD
, Halaman
1629)
Nama
Resmi
|
:
|
BENZALKODII
CHLORIDUM
|
Sinonim
|
:
|
Benzalkonium
klorida
|
RM/BM
|
:
|
[
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk
almont, kekuningan, gel tebal, atau lempeng gelatin, higroskopis, seperti
sabun
|
Kelarutan
|
:
|
Sangat larut dalam air, alkali,
aseton, praktis, tidak larut dalam eter, larutannya berbusa jika dikocok
|
Kestabilan
|
:
|
Higroskopis dan dapat dipengaruhi oleh
cahaya, udara dan logam. Solusi yang stabil selama Ph dan temperature yang
luas jangkauan dapat dsimpan untuk waktu yang lama
|
Ph
|
:
|
5-8
untuk 10 % larutannya
|
Incompabilitas
|
:
|
Kompatibel dengan aluminium,
surfaktan, anionic, sitrat, kapas, fluorescein, hydrogen peroksida dalam
konsentrasi tinggi. Telah terbukti diserap keberbagai membrane penyaringan
terutama hidrofobik atau anionic
|
Sterilisasi
|
:
|
Auutoklaf
/atau penyaringan
|
Khasiat
|
:
|
Sebagai
pengawet
|
3.
Deksametason
(Dirjen POM, 1995 Halaman 286)
Nama
Resmi
|
:
|
DEXAMETHASONUM
|
Sinonim
|
:
|
Deksametason
|
RM/BM
|
:
|
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk
hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau, stabil diudara
|
Kelarutan
|
:
|
Praktis
tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam aceton, dalam etanol, dalam
doaksin, dan dalam methanol, sukar larut dalam kloroform, dan sangat sukar
larut dalam kloroform
|
Kestabilan
|
:
|
-
|
Ph
|
:
|
1
% gram antar 7,5 dan 10,5
|
Incompabilitas
|
:
|
Barbiturates, carbamazepine,
phenytoin, primidone, rifampicin, aspirin
|
Sterilisasi
|
:
|
Autoklaf
|
Khasiat
|
:
|
Sebagai
zat aktif
|
4.
Dinatrium
Hidrogen Fosfat (Excipient:656, RPS
:1307, Martindal: 1682)
Nama
Resmi
|
:
|
SODIUM
HIDROGEN FOSFAT
|
Sinonim
|
:
|
Dinatrium
Hidrogen Fosfat
|
RM/BM
|
:
|
|
Pemerian
|
:
|
Kristal
putih, tidak berwarna, larutannya alkali, tidak berbau, efferesensi Kristal
transparan
|
Kelarutan
|
:
|
1
gram 4 ml air, 1 gram dalam 5 ml air praktis tidak larut dalam alcohol
|
Kestabilan
|
:
|
Bentuk
anhidrat dari basa natrium fosfat adalah higroskopis
|
Ph
|
:
|
9,5
larutan, 2 % dalam air pHnya 9 – 9,2
|
Incompabilitas
|
:
|
Dibasic natrium fosfat tidak sesuai
dengan alkaloid, antipyrine, kolral hidrat, memimpin asetat, pirogalol, resorcinol
dan kalsium gluconat dan interaksi antar ciprofloxacin
|
Sterilisasi
|
:
|
Autoklaf
|
Khasiat
|
:
|
Sebagai
pendapar
|
5.
Natrium Asam
Fosfat (Excipient: 659, RPS
:821, Martindal: 1682)
Nama
Resmi
|
:
|
MONOBASIL
SODIUM PHOSPHATE
|
Sinonim
|
:
|
Natrium
dihidrogen fosfat
|
RM/BM
|
:
|
Na
|
Pemerian
|
:
|
Tidak
berbau atau putih, anhidratnya berupa serbuk kristal atau granul putih
|
Kelarutan
|
:
|
1
dalam 1 bagian air, praktis, tidak larut dalam alcohol, chloroform, eter
|
Kestabilan
|
:
|
Pengolahan
kimia stabil, meskipun sedikit deliquescent.
|
Ph
|
:
|
4,5
|
Incompabilitas
|
:
|
Tidak kompatibel karena dengan bahan
alkali dan karbonat larutan air monobasa natrium fosfat bersifat asam dan wil
menyebabkan karbonat untuk membuih
|
Sterilisasi
|
:
|
Autoklaf
atau penyaringan
|
Khasiat
|
:
|
Bahan
pendapar
|
6.
Natrium Klorida (Dirjen
POM, 1979 Halaman 403)
Nama
Resmi
|
:
|
NATRII
CHLORIDUM
|
Sinonim
|
:
|
Sodium
klorida
|
RM/BM
|
:
|
NaCl
/ 58,44
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk Kristal putih, tidak
berwarna,berasa garam
|
Kelarutan
|
:
|
Sedikit
larut dalam etanol, larut dalam 250 95%, larut dalam10 bagian gliseron, laru
dalam 2,8 bagian air dan 2,6 pada suhu 100
|
Kestabilan
|
:
|
Stabil tetapi dapat menyebabkan
pemisahan partikel kaca dari jenis tertentu
|
Ph
|
:
|
2
|
Incompabilitas
|
:
|
Larutan encer natrium klorida yang
korosif terhadap besi. Akan bereaksi membentuk endapan perak, timah, dan
garam merkuri. Oksdiator kuat embebaskan klorin dari solusi diasamkan natrium
klorida.
|
Sterilisasi
|
:
|
Autoklaf
atau Filtrasi
|
Khasiat
|
:
|
Agen
tonisitas
|
7.
Methyl Selulosa (Dirjen
POM, 1995 Halaman 544; Excipient Halaman
430)
Nama
Resmi
|
:
|
METHY
CLILOSUM
|
Sinonim
|
:
|
Metyl
Selulosa
|
RM/BM
|
:
|
Cellulosa
methyl eter / 10.000-220.000
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk berserat atau granul, berwarna
putih, suspense dalam air bereaksi netral terhadap lakmus P mengembang dalam
air dan membentuk suspense yang jernih hingga kental, kolosida.
|
Kelarutan
|
:
|
Tidak
larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam chloroform, larut dalam asam asetat
gliserol dan dalam campuran volume sama etanol dan chloroform
|
Kestabilan
|
:
|
Harus disimpan dalam kondisi kering
jauh dari panas
|
Ph
|
:
|
5,0
– 8,0
|
Incompabilitas
|
:
|
-
|
Sterilisasi
|
:
|
Autoklaf
|
Khasiat
|
:
|
Sebagai
viskositas
|
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat
dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
Adapun
alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah autoklaf, botol, batang
pengaduk, cawan porselin, erlenmeyer, gegep, gelas ukur, kertas timbang,
pinset, dan sendok tanduk dan wadah.
III.1.2 Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah aqua pro injection (AQUA STERILE PRO INJECTON), benzalkonium klorida
(BENZALKODII CHLORIDUM), deksametason (DEXAMETHASONUM), Dinatrium Hidrogen
Fosfat (SODIUM HIDROGEN
FOSFAT), Natrium Asam Fosfat (MONOBASIL SODIUM
PHOSPHATE), Natrium Klorida (NATRII
CHLORIDUM), dan Methyl Selulosa (METHY CLILOSUM).
III.2 Perhitungan
III.2.1 Perhitungan Kapasitas Dapar
III.2.2 Perhitungan Isotonitas
1.
Rumus Catelyn
g/100 mL = F -
= ( 0,31 –
. 2) .
=
0,89092978
2.
Rumus PTB
W =
III.2.3 Perhitungan Bahan
a.
Per Dosis
a.
|
Deksametason
|
0,1% x 10 mL = 0,01 g
|
b.
|
Benzalkonium klorida
|
0,01% x 10 mL = 0,001
g
|
c.
|
Metal selulosa
|
0,5% x 10 mL = 0,05 g
|
d.
|
Na
|
0,56% x 10 mL = 0,056
g
|
e.
|
0,284% x 10 mL =
0,0284 g
|
|
f.
|
Natrium klorida
|
0,891% x 10 mL =
0,0891 g
|
Total = 0,49 g(A)
|
||
g.
|
Aqua pro injection
|
Ad 10 mL
|
10 mL – (A) = 10 mL- 0,49 =
9,51
b.
Per Dosis
a.
|
Deksametason
|
0,01 g x 5 btl = 0,05
g
|
b.
|
Benzalkonium klorida
|
0,001 g x 5 btl =
0,005 g
|
c.
|
Metal selulosa
|
0,05 g x 5 btl = 0,25
g
|
d.
|
Na
|
0,056 g x 5 btl =
0,28 g
|
e.
|
0,0284 g x 5 btl =
0,142 g
|
|
f.
|
Natrium klorida
|
0,0891 g x 5 btl =
0,4455 g
|
.
|
Total = 1.1725 g(A)
|
|
g.
|
Aqua pro injection
|
Ad 10 mL
|
10 mL – (A) = 10 mL- 1.1725 = 8.8275
III.2.4 Perhitungan Pengenceran
III.3 Metode
Sterilisasi
No.
|
Nama Alat/Bahan
|
Metode Sterilisasi
|
Pustaka
|
1.
|
Botol
|
Autoklaf, 115-116
|
FI V
|
2.
|
Batang pengaduk
|
Oven , 170
|
FI V
|
3.
|
Pinset
|
Oven , 170
|
FI V
|
4.
|
Kertas timbang
|
Oven , 170
|
FI V
|
5.
|
Sendok tanduk
|
Oven , 170
|
FI V
|
6.
|
Batang pengaduk
|
Oven , 170
|
FI V
|
7.
|
Gelas ukur
|
Autoklaf,
121
|
FI V
|
8.
|
Erlenmeyer
|
Oven , 170
|
|
9.
|
Deksametason
|
Autoklaf
|
EXCIPIENT
|
10.
|
Benzalkonium klorida
|
Autoklaf
|
EXCIPIENT
|
11.
|
Metal selulosa
|
Autoklaf
|
EXCIPIENT
|
12.
|
NaCl
|
Autoklaf
|
EXCIPIENT
|
13.
|
Na
|
Autoklaf
|
EXCIPIENT
|
14
|
NaHP
|
Autoklaf
|
EXCIPIENT
|
III.4 Cara
Kerja
1.
Disiapkan alat
dan bahan disterilkan sesuai dengan metode sterilisasi masing-masing
2.
Botol yang
digunakan dicuci lalu dibebas alkalikan dengan cara direndam panas selama 30
menit lalu dibilas dengan aqu pro njection dan disterilkan
3.
Ditimbang yang
akan digunakan sesuai dengan hasil perhitungan bahan, jika perlu dilakukan
pengenceran
4.
Masukkan satu
per satu bahan kedalam satu wadah lalu diaduk hingga homogeny
5.
Dicukupkan
dengan aqua pro injection sampai 10 ml
6.
Cek Ph (apakah
sudah sesuai dengan syarat tetes mata)
7.
Dimasukkan
kedalam botol wadah aslinya
8.
Disterilkan
dengan autoklaf selama 15 menis dengan suhu 121
9.
Didinginkan
10.
Diberi etiket dan
dimasukkan kedalam wadah/kemasan
0 komentar:
Posting Komentar