Formula Tetes Mata Deksamethason

BAB I
PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
Produk steril adalah sediaan terasepti dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau mmebran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan menggelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh paling efisien, yakni membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi (Lachman, 1989).
Bentuk sediaan steril bisa berbagai bentuk yaitu cair, padat, atau semi padat. Proses pembuatannya sama dengan sediaan non steril. Namun, dalam pembuatan sediaan steril kita perlu mengetahui proses sterilisasinya yang berkaitan dengan stabilitas bahan aktif maupun bahan-bahan tambahannya. Dengan demikian, dalam pembuatan sediaan steril bekal pengetahuan tidak sekedar pengetahuan formulasi sediaan, tetapi juga pemahaman kimia fisika yang berkaitan dengan stabilitas proses pembuatan, sehingga menghasilkan sediaan yang dikehendaki (R.Voight. 1994).
Sediaan mata merupakan produk steril yang seara esensial bebas dari partkel asing, senyawa dan pengamasannya sesuai pemakaian dalam mata. Sediaan mata sama dengan produk steril lainnya yaitu steril dar bahan pertikular.
Tets mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunkan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata dimasuan kedalam mata yang luka karena kecelakaan atau pembedahan yang lebih potensial walaupun lebih berbahaya dibandingkan injeksi intravena.
Steril merupkan syarat yang paling penting. Tidak seharusnya dalam pembuatan larutan mata membawa banyak mikroorganisme. Organisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organism ini akan mengakibatkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya terhadap sediaan nonsteril yang dimasukan kedalam mata ketika kornea terluka.  


I.2  Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara pembuatan tetes mata steril.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Membuat sediaan tetes mata steril deksametason.


I.3  Prinsip Percobaan
Pembuatan tetes mata steril deksametason dengan menggunakan alat dan abhan yang telah disterilkan dengan cara yang sesuai dan dilakukan dalam kondisi yang spesifik.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1  Teori Umum
II.1.1 Defenisi Tetes Mata
Tetes mata adalah larutan steril atau larutan berminyak dari  alkalid, garam-garam alkaloid, antibiotic atau bahan-bahan yang ditujukan untuk dimasukkan kedalam mata (Schoville’s,1969)
Tetes mata adalah obat dalam larutan, suspense, gel, atau yang diberikan secara topical kepermukaan mata (Andrew, William).
Tetes mata adalah obat yang diteteskan kedalam mata harus di formulasi dengan tepat dan disiapkan dengan pemeriaan pertimbangan antara lain ; tonisitas, Ph, kestabilan, kekentalan dan sterilisasi (Parrot L.E, 1971).
Tetes mata adalah larutan besar/berminyak sterile, sediaan suspense atau emulsi ditujukan secara berangsur-angsur kedalam kantung konjunctiva (Allen, Loyd V.dkk, 2011).
Tetes mata adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat terlarut, teremulsi, tersuspensi (R.Voight, 1994 ).
II.1.2 Keuntungan dan Kerugian Tetes Mata
a.      Keuntungan Tetes Mata
Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan dan menggambarkan larutan suatu mata dengan defenisi semua bahan-bahan lengkap dalam larutan keseragaman tidak menjadi masalah hanya sedikit pengaruh sifat fisika dengan tujuan ini (Remington, Joseph P, 2005).
Larutan mata yng viskositasnya bertambah akan tinggi dalam mata untuk periode waktu yang lebih lama sehingga meningkatkan bioavabilitas obat (Ansel, Howard C. 2011).
b.      Kerugian Tetes Mata
 Kerugian yang prinsipnya dari larutan mata relative singkat antara obat dan permukaan yang terabsorbsi serta hanya dapat bekerja pada bagian karena iris dan konjunctiva  (Remington, Joseph P, 2005).
Diberikan pada volume yang kecil maupun kapasitas mata menahan dan menyimpan terbatas (Ansel, Howard C. 2011).
II.1.3 Anatomi mata dan wilayah kerja Tetes Mata
Berdasarkan tempat konjunctiva, tetes mata bekerja pada konjunctiva kornea dan iris. Penggunaan tetes mata akan menghasilkan efekmyang bervariasi dari obat pada bagian konjunctiva, kornea dan iris (Remington, Joseph P. 2005).
II.1.4 Komposisi Tetes Mata
Bahan obat yang khas digunakan pada mata (Opthalmologika) adalah farmaka pelebar pupil (midriatika), seperti atropine, S kopolamin, fenilefrin dan ephinefrin dan bahan dengan kerj perixampit pupil (miotika) seperti pilokarpin, fisostigmin, neostigimin, dan paraixo (miotosal). Untuk melaan proses infeksi diguunakan antibiotic (misalnya klormfenikol, titotisin) disamping garam perak untuk mengobati rasa nyeri digunakan anestetika local (misalnya kokain, tetrakain). Akhirnya juga diperlukan bahan antiplogistik (misalnya seng sulfat, kartikosteroida) (R.Voight.1994).
Adapun komposis dari tetes mata diantaranya adalah : (Ansel, Howard C. 2011)
a.       Pengawet
b.      Isotonisitas
c.       Konsentrasi
d.      Bahan penghelat
e.       Viskositas dan zat pengental
II.1.5 Syarat-syarat Tetes Mata
Farmasinya harus menyiapkan bahan larutan mata yang : (Schoville’s,1969)
1.      Steril
2.      Dalam pembuatan yang mengandung bahan-bahan germidal untuk meningkatkan sterilitas
3.      Bebas dari partikel yang tersumsi
4.      Bahan-bahan yang alami
5.      Isotonik atau sangat mendekati isotonic
6.      Dibuffer sebagaimana mestinya
7.      Dimasukkan kedalam wadah yang kecil dan praktis
Obat yang digunakan kedalam mata harus diformulasi dan disimpan dengan pertimbangan yang diberikan terhadap tonisitas , Ph, stabilisme, universal, dan sterilisasi (Parrot L.E, 1971).
Sediaan steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap fakto-faktor farmasi seperti kebutuhan dan antimikroba, isotonitas, dapar, viskositas, dan pengemasan yang cocok (Ansel, Howard C. 2011).

II.2  Dasar Formulasi
II.2.1 Formula Asli
Tetes mata Dexamethazone
II.2.2 Master Formula
 Tiap 10 mL mengandung
Deksametason
Benzalonium klorida
Metil selulosa
Na P
NaHP
NaCl
Aqua pro injection
0,1 %
0,01 %
0,5 %
0,56 %
0,284 %
0,891 %
Ad 10 mL

Nama Produk
Jumlah Produksi
Tanggal Produksi
No. Registrasi
No. Batch
:
:
:
:
:
HelloDexasix
10 @

DKL1616010146AA1
A01001

PT. Rsix Farma
HelloDexasix tetes mata
Tanggal Formulasi :
Tanggal Produksi :
Di buat oleh : Kelompok VI
Disetuju oleh ;

Kode Bahan
Nama Bahan
Kegunaan
Per Dosis (gram)
Per Batch (gram)
Ds
Deksametason
Zat Aktif
0,01
0,1
Bk
Benzalkonium klorida
Pengawet
0,001
0,01
Ms
Metal selulosa
Viskositas
0,05
0,5
N
Na P
Pendapar
0,056
0,56
HP
Pendapar
0,284
0,189
Nc
Natrium klorida
Pengisotonis
0,089
0,891
Aq
Aqua pro injection
Pembawa
9,51
7.75



II.2.3 Alasan Penambahan Bahan
Dexametason merupakan golongan kortikosteroid pada penyakit mata, kortikosteroid dapat mengatasi inflamasi mata bagian luar maupun pada segumen arterior. Obat dexametason dapat diberikan pada kantung konjunctiva yang akan mencapai kadar terapi dalam cairan mata sedangkan golongan gangguan [ada bagan mata. Postenor lebih baik diberikan sistemik. Umumnya dipakai larutan dexametason fosfat 0,1 % pagi dan siang ( Gunawan, Sulista Gan. 2012).
Dexametason zat ini menekan adrenal relative kuat mata resiko insupisiensi juga agak besar. Dexametason sering digunakan sebagai zat diagnostic untuk menentukan hiper fungsi adrenal (teruspresi dexametason). Secara topical digunakan sebagai tetes mata/telinga (fosfat 0,1%) juga dikombinasi dengan sefra,isin (sofradex) ( Tjay, Tan Hoan. 2007 ).
Dexametason adalah kortikosteroid terutama dengan glukortikal, telah digunakan baik, dalam bentuk bebas alcohol atau dalam salah satu bentuk esterifikasi dalam pengobatan kondisi yang terap kortikosteroid diindikasikan kecuali insufisimensi adronocartikal yang hydrokytison dengan hidrokytisan tambahan kurangnya sifat mineral oktobitikald membuat dexametason sangat cocok untuk mengobati kondisi dimata retensi air akan merugikan dosis (Sweetman, Sean C. 2009).
II.2.4 Zat Aktif (Dexamethasone)
a.      Indikasi
 Penyakit mata, termasuk konjunctiva alergika, karotitis, tidak corneal marginal alergik, herpes zortus opthalmicus, iritis dan indusiklikis, khoriorentinitis, inflamasi segmen anterior, irritis posterior difusa daan khoroiditos, neuritis  optic dan opthalmik simpatetik (Hardjosaputra, Purwanto.dkk. 2008).
b.      Konsentrasi/Dosis
a.       Parenteral
       Dewasa : 0,5 – 9 mh/ hari IM atau IV sebagai permulaan, diikuti dengan pengurangan dosis secara bertahap sampai seminimal mungkin, sesuai dengan kemajuan klinis; dosis harus disesuaikan secara perseoranan atas dasar penyakit yang sedang diobati beratnya penyakit dan kemajuan klinis; dosis yang lebih keil mungkin mencukupi bagi penyakit yang lebih ringan, sedangkan dosis yang lebih besaer daripada 9 mg/har mungkin diperlukan untuk penyakit yang lebih berat (Hardjosaputra, Purwanto.dkk. 2008).
c.       Mekanime Kerja
Kortikosteroid bekerja dengan mepengaruhi kecepatan sintesi protein. Molekul hormon mmasuki sel melewati membrane plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang special dalam sitoplasma sel an membentuk komplek reseptor steroid. Komplek ni mengalami perubahan konformasi lalu bergerak menuju nucleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik induksi sintesis protein yang akan memberikan efek fisiologik steroid (Gunawan, Sulistia Gan. 2012).
d.      Efek Samping
Mata : katarakta subkapsular, posterior, peningkatan tekanan intraocular, glaukuma, eksopthalmus (Hardjosaputra, Purwanto.dkk. 2008).
e.       Kontra Indikasi
     Adapun kontra indikasi diantaranya adalah : (Hardjosaputra, Purwanto.dkk. 2008)
-          Sensitivitas terhadap deksametason atau komponen lainnya
-          Infeksi fungsi sistemik (keuali dibutuhkan untuk mengotrol reaksi obat yang diakibatkan oleh amphotericin B).

II.2.5 Zat Tambahan
a.      Pengawet
Benzalkonium klorida adalah senyawa ammonium kuartener yang digunakan dalam farmasetik sebagai anti mikroba yang dalam aplikasinya sama dengan surfaktan. Dalam sediaan obat mata benzalkonium klorida adalah pengawet atau excipient lain terutama 0,1 % 6/u, disodium edotato, untuk meningkatkan aktivitas melawan pseudomonas (Rowe, Raymond C. dkk. 2009).
Dalam preparat untuk mata campuran benzalkonium klorida (0,01 %) dan  EDTA dari pseudomonas diengirosa lebih peka terhadap benzalkonium klorida (Ansel, Howard C. 1982).
Benzalkonium klorida adalah pengawet yang paling efektif dan bereaksi dengan cepat jika penggunaan terkontrol (Rowe, Raymond C.dkk. 2009).
b.      Viskositas
Polimer hidrofilik yang paling sering digunakan untuk tujuan metal selulosa, hidroksi propel metal selulosa. Selulosa hidroksietil dan provinil  alcohol, merata digunakan pada konsentrasi yang menghasilkan viskositas berkisar 5 sampai 1500 CPS (Remington, Joseph P. 2005.
Metil selulosa mungkin ditambahkan dalam berbagai jenis larutan buffer yang digunakan untuk menghasilkan larutan yang lebih viskos. Larutan metal selulosa dignakan (1) mengobati kekurangan keluarnya air mata yang lama (2) menjaga obat untuk berbagai kondis fotelogik dari kornea, dan (3) sebagai peluncur dalam situasi khusus tertentu (Schoville’s. 1969).
Dalam persiapan tetes optalmik 0,5-1% w/v larutan pengganti yang tinggi viskositasnya yang tinggi dar metal selulosa telah digunakan sebagai pembawa tetes mata (Rowe, Raymond C. 2009).


c.       Pengisotonis
NaCl digunakan sebagai zat pengisotonis dan sebagai sumber ion klorida dan natrium (Dirjen POM, 1979).
NaCl digunakan sebagai bahan pengisotonis karena mempunyai tekanan osmotic yang sebandng dengan NaCl 0,9% (Ansel, Howard C. 2011).
NaCl digunakan sebagai tahan pengisotonis untuk mempertahankan keadaan isotonis (Rowe, Raymond C. 2009).
d.      Pendapar
Obat-obat yang tergolong dalam kelomop II meliputi obat yang memiliki stabilitas terbesar pada pH 2-3 tapi pada saat yang berperan aksi teraupetikya mnimun pada reagen pH ini. Demikian juga dengan atropine sulfat yang lebih stabil pada pH antara 2-6. Karena adanya peruraian yang sangat cepat sehingga pH menjadi lebih alkali, oleh karena itu untuk menyediakan pembawa yang dapat memberikan stabilitas terbesar juga dengan aksi psikologisnya, buffer ini untuk obat-obat diatas memiliki pH 6,5 dan istonasi dengan NaCl 0,9 % (Schoville’s. 1969).
Dapat digunakan dalam suatu larutan mata karena salah satu dari semua alas an berikut ini (1) untuk mengurangi ketidaknyamanan si pasien (2) untuk menjamin kestabilan obat dan (3) untuk mengawasi aktivitas teraupetik bahan obat pembawa fosfat isotonik disesuaikan untuk tonisitas dan memberikan suatu pH pilihan berkisar antara 5,9 – 8,0 dibuat dengan menggunakan dua larutan persediaan satu mengandung 8,00 gram mononatrium difusfat ( HP  per liter sedangkan beratnya sebagai anhidrat (Ansel, Howard C. 2011).
Dapar fosfat, kapasitas daparnya tingi dalam daerah alkalis, tetes mata didapar atas dasar berapa alasan misalnya untuk memperbaiki daya tahan , untuk mengoptimalisasikan kerja dan untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (R.Voight. 1994).
e.       Pembawa/pelarut
Dalam pengggunaan air digunakan sebagai pembawa (Dirjen POM, 1979).
Air digunakan sebagai pembawa (Dirjen POM, 1995).
Sejauh ini pembawa yang sering digunakan untuk produk steril adalah air, karena iar merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh (Lachman. 1989).

II.2.5 Uraian Bahan
1.      Aqua Pro Injeksi (Dirjen POM, 1995 Halaman 112)
 Nama Resmi
:
AQUA STERILE PRO INJECTON
Sinonim
:
Air steril untuk injeksi
RM/BM
:
-
Pemerian
:
Cairan jernih, tiak berwarna, tidak berbau
Kelarutan
:
Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit
Kestabilan
:
Air stabil dalam setiap keadaan (es, cairan, uap panas)
Ph
:
8,5 – 9,5
Incompabilitas
:
Dalam sediaan farmasi, obat dan zat tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis (mudah terurai dengan adanya air atau kelembaban)
Sterilisasi
:
Autoklaf
Khasiat
:
Zat pembawa sediaan

2.      Benzalkonium Klorida (Excipient, Halaman 59, RPS , Halaman 1626, MD , Halaman 1629)
Nama Resmi
:
BENZALKODII CHLORIDUM
Sinonim
:
Benzalkonium klorida
RM/BM
:
[ ] Cl, R: al 256/+36  0
Pemerian
:
Serbuk almont, kekuningan, gel tebal, atau lempeng gelatin, higroskopis, seperti sabun
Kelarutan
:
Sangat larut dalam air, alkali, aseton, praktis, tidak larut dalam eter, larutannya berbusa jika dikocok
Kestabilan
:
Higroskopis dan dapat dipengaruhi oleh cahaya, udara dan logam. Solusi yang stabil selama Ph dan temperature yang luas jangkauan dapat dsimpan untuk waktu yang lama
Ph
:
5-8 untuk 10 % larutannya
Incompabilitas
:
Kompatibel dengan aluminium, surfaktan, anionic, sitrat, kapas, fluorescein, hydrogen peroksida dalam konsentrasi tinggi. Telah terbukti diserap keberbagai membrane penyaringan terutama hidrofobik atau anionic
Sterilisasi
:
Auutoklaf /atau penyaringan
Khasiat
:
Sebagai pengawet

3.      Deksametason (Dirjen POM, 1995 Halaman 286)
Nama Resmi
:
DEXAMETHASONUM
Sinonim
:
Deksametason
RM/BM
:
 / 395,47
Pemerian
:
Serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau, stabil diudara
Kelarutan
:
Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam aceton, dalam etanol, dalam doaksin, dan dalam methanol, sukar larut dalam kloroform, dan sangat sukar larut dalam kloroform
Kestabilan
:
-
Ph
:
1 % gram antar 7,5 dan 10,5
Incompabilitas
:
Barbiturates, carbamazepine, phenytoin, primidone, rifampicin, aspirin
Sterilisasi
:
Autoklaf
Khasiat
:
Sebagai zat aktif

4.      Dinatrium Hidrogen Fosfat (Excipient:656, RPS :1307, Martindal: 1682)
Nama Resmi
:
SODIUM HIDROGEN FOSFAT
Sinonim
:
Dinatrium Hidrogen Fosfat
RM/BM
:
   HP  / 141,96
Pemerian
:
Kristal putih, tidak berwarna, larutannya alkali, tidak berbau, efferesensi Kristal transparan
Kelarutan
:
1 gram 4 ml air, 1 gram dalam 5 ml air praktis tidak larut dalam alcohol
Kestabilan
:
Bentuk anhidrat dari basa natrium fosfat adalah higroskopis
Ph
:
9,5 larutan, 2 % dalam air pHnya 9 – 9,2
Incompabilitas
:
Dibasic natrium fosfat tidak sesuai dengan alkaloid, antipyrine, kolral hidrat, memimpin asetat, pirogalol, resorcinol dan kalsium gluconat dan interaksi antar ciprofloxacin
Sterilisasi
:
Autoklaf
Khasiat
:
Sebagai pendapar

5.      Natrium Asam Fosfat (Excipient: 659, RPS :821, Martindal: 1682)
Nama Resmi
:
MONOBASIL SODIUM PHOSPHATE
Sinonim
:
Natrium dihidrogen fosfat
RM/BM
:
Na P  / 119,8
Pemerian
:
Tidak berbau atau putih, anhidratnya berupa serbuk kristal atau granul putih
Kelarutan
:
1 dalam 1 bagian air, praktis, tidak larut dalam alcohol, chloroform, eter
Kestabilan
:
Pengolahan kimia stabil, meskipun sedikit deliquescent.
Ph
:
4,5
Incompabilitas
:
Tidak kompatibel karena dengan bahan alkali dan karbonat larutan air monobasa natrium fosfat bersifat asam dan wil menyebabkan karbonat untuk membuih
Sterilisasi
:
Autoklaf atau penyaringan
Khasiat
:
Bahan pendapar

6.      Natrium Klorida (Dirjen POM, 1979  Halaman 403)
Nama Resmi
:
NATRII CHLORIDUM
Sinonim
:
Sodium klorida
RM/BM
:
NaCl / 58,44
Pemerian
:
Serbuk Kristal putih, tidak berwarna,berasa garam
Kelarutan
:
Sedikit larut dalam etanol, larut dalam 250 95%, larut dalam10 bagian gliseron, laru dalam 2,8 bagian air dan 2,6 pada suhu 100
Kestabilan
:
Stabil tetapi dapat menyebabkan pemisahan partikel kaca dari jenis tertentu
Ph
:
2
Incompabilitas
:
Larutan encer natrium klorida yang korosif terhadap besi. Akan bereaksi membentuk endapan perak, timah, dan garam merkuri. Oksdiator kuat embebaskan klorin dari solusi diasamkan natrium klorida.
Sterilisasi
:
Autoklaf atau Filtrasi
Khasiat
:
Agen tonisitas

7.      Methyl Selulosa (Dirjen POM, 1995  Halaman 544; Excipient Halaman 430)
Nama Resmi
:
METHY CLILOSUM
Sinonim
:
Metyl Selulosa
RM/BM
:
Cellulosa methyl eter / 10.000-220.000
Pemerian
:
Serbuk berserat atau granul, berwarna putih, suspense dalam air bereaksi netral terhadap lakmus P mengembang dalam air dan membentuk suspense yang jernih hingga kental, kolosida.
Kelarutan
:
Tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam chloroform, larut dalam asam asetat gliserol dan dalam campuran volume sama etanol dan chloroform
Kestabilan
:
Harus disimpan dalam kondisi kering jauh dari panas
Ph
:
5,0 – 8,0
Incompabilitas
:
-
Sterilisasi
:
Autoklaf
Khasiat
:
Sebagai viskositas

















BAB III
METODE KERJA
III.1  Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah autoklaf, botol, batang pengaduk, cawan porselin, erlenmeyer, gegep, gelas ukur, kertas timbang, pinset, dan sendok tanduk dan wadah.
III.1.2 Bahan yang digunakan
         Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aqua pro injection (AQUA STERILE PRO INJECTON), benzalkonium klorida (BENZALKODII CHLORIDUM), deksametason (DEXAMETHASONUM), Dinatrium Hidrogen Fosfat (SODIUM HIDROGEN FOSFAT), Natrium Asam Fosfat (MONOBASIL SODIUM PHOSPHATE), Natrium Klorida (NATRII CHLORIDUM), dan Methyl Selulosa (METHY CLILOSUM).

III.2  Perhitungan
III.2.1 Perhitungan Kapasitas Dapar
III.2.2 Perhitungan Isotonitas
1.      Rumus Catelyn
g/100 mL = F -    
                = ( 0,31 –   . 2) .    =  0,89092978
2.      Rumus PTB
W =   
III.2.3 Perhitungan Bahan
a.       Per Dosis
a.
Deksametason
0,1% x 10 mL = 0,01 g
b.
Benzalkonium klorida
0,01% x 10 mL = 0,001 g
c.
Metal selulosa
0,5% x 10 mL = 0,05 g
d.
Na P
0,56% x 10 mL = 0,056 g
e.
HP
0,284% x 10 mL = 0,0284 g
f.
Natrium klorida
0,891% x 10 mL = 0,0891 g


                Total =  0,49 g(A)
g.
Aqua pro injection
     Ad 10 mL           
                                        10 mL – (A) = 10 mL- 0,49 = 9,51
b.      Per Dosis
a.
Deksametason
0,01 g x 5 btl = 0,05 g
b.
Benzalkonium klorida
0,001 g x 5 btl = 0,005 g
c.
Metal selulosa
0,05 g x 5 btl = 0,25 g
d.
Na P
0,056 g x 5 btl = 0,28 g
e.
HP
0,0284 g x 5 btl = 0,142 g
f.
Natrium klorida
0,0891 g x 5 btl = 0,4455 g
.

            Total = 1.1725 g(A)
g.
Aqua pro injection
Ad 10 mL 
                                     10 mL – (A) = 10 mL- 1.1725 = 8.8275
III.2.4 Perhitungan Pengenceran


III.3  Metode Sterilisasi
No.
Nama Alat/Bahan
Metode Sterilisasi
Pustaka
1.
Botol
Autoklaf, 115-116   30 menit
FI V
2.
Batang pengaduk
Oven , 170  1 jam
FI V
3.
Pinset
Oven , 170  1 jam
FI V
4.
Kertas timbang
Oven , 170  1 jam
FI V
5.
Sendok tanduk
Oven , 170  1 jam
FI V
6.
Batang pengaduk
Oven , 170  1 jam
FI V
7.
Gelas ukur
Autoklaf,
121 menit
FI V
8.
Erlenmeyer
Oven , 170  1 jam

9.
Deksametason
Autoklaf
EXCIPIENT
10.
Benzalkonium klorida
Autoklaf
EXCIPIENT
11.
Metal selulosa
Autoklaf
EXCIPIENT
12.
NaCl
Autoklaf
EXCIPIENT
13.
Na P
Autoklaf
EXCIPIENT
14
NaHP
Autoklaf
EXCIPIENT

III.4  Cara Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan disterilkan sesuai dengan metode sterilisasi masing-masing
2.      Botol yang digunakan dicuci lalu dibebas alkalikan dengan cara direndam panas selama 30 menit lalu dibilas dengan aqu pro njection dan disterilkan
3.      Ditimbang yang akan digunakan sesuai dengan hasil perhitungan bahan, jika perlu dilakukan pengenceran
4.      Masukkan satu per satu bahan kedalam satu wadah lalu diaduk hingga homogeny
5.      Dicukupkan dengan aqua pro injection sampai 10 ml
6.      Cek Ph (apakah sudah sesuai dengan syarat tetes mata)
7.      Dimasukkan kedalam botol wadah aslinya
8.      Disterilkan dengan autoklaf selama 15 menis dengan suhu 121
9.      Didinginkan

10.  Diberi etiket dan dimasukkan kedalam wadah/kemasan

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.